Perlahan aku membuka sebuah diary usang, aku yakin
umur diary ini sudah lebih tua dari umurku. Tentu saja, diary usang ini milik Ibuku,
bungkusnya masih tampak rapi, tulisan di dalamnya pun tampak indah. Kertas yang
tampak tua dan sudah lapuk tetap indah karena tulisan dan cerita indah di
dalamnya. Aku
membalik tiap lembar dari diary itu, aku membacanya perlahan. Tampak sebuah cerita yang terlihat sangat menarik dan membuat siapapun yang membacanya ikut tersenyum, di sana juga terpampang sebuah foto gadis muda dan kekasihnya yang terlihat sangat bahagia.
membalik tiap lembar dari diary itu, aku membacanya perlahan. Tampak sebuah cerita yang terlihat sangat menarik dan membuat siapapun yang membacanya ikut tersenyum, di sana juga terpampang sebuah foto gadis muda dan kekasihnya yang terlihat sangat bahagia.
14 Semptember 1987
Hari
ini adalah hari bahagia yang paling kunanti sepanjang hidupku. Tak pernah
kusangka hari ini aku akan melepas semuanya. Melepas masa sendiriku, dan
memulai kisah yang baru dengan orang yang kusayangi. Aku benar-benar bahagia
saat kau menyematkan sebuah cincin di jari manisku, aku benar-benar bahagia
saat kita sama-sama memasuki gereja dan mengucapkan janji sehidup-semati kita
di sana. Semua orang ikut bahagia akan hari itu.
Tak
pernah kusangka orang yang dulu sering menggangguku dan membuatku marah adalah orang yang akan kudampingi dan akan menjadi orang yang akan tua dan mati bersamaku.. aku tak menyangka, orang yang sangat kubenci dahulu adalah kekasih sejatiku untuk selamanya..
Tak
pernah kusangka kita bisa melewati semuanya bersama. 4 tahun kita melewati
semua, bersama. Menghadapi semua rintangan, menguji kita apakah kita bisa bersatu
atau tidak. Sama-sama berusaha meraih cita dan cinta. Semua sudah
terjawab hari ini.. hari ini.. semuanya baru dimulai, hari ini kita membuka
lembaran baru dan kehidupan yang baru. Hari ini adalah sejarah bagi kita, hari
ini adalah awal dari semuanya. Aku berjanji akan selalu mendampingimu sampai
maut memisahkan kita.. aku sangat menyayangimu..
“Kak.. kamu baca diary Mama?”
suara Mama mengagetkan aku.
“Uh.. eh.. Mama.. Hehe.. maaf ma, Dinda gak sengaja
liat tadi” jawabku ngeles.
“Oh.. ya. Gak masalah, Din. Mama gak marah kok” jawab
Mama sambil mengusap lembut kepalaku, “Din.. besok kamu sudah mulai kuliah? Gak
terasa ya, anak gadis Mama sudah besar sekarang”
“Dinda udah lama gede kali, Ma hehehe.. Iya, Ma.
Dinda gak sabar pengen punya kisah cinta kayak pasangan kekasih yang ada di
diary tua itu hihihi..” aku menggoda Mama.
***
Ospek 1 minggu yang benar-benar membuat aku hampir
gila dan menderita berhasil kulalui dengan lancar, aku mendapat teman bernama
Vivian dan Robby, teman-temanku yang baru dan sangat baik padaku. Walaupun aku
merasa Robby adalah orang yang cukup pandai, terbukti setelah 1 minggu kuliah,
dia adalah orang yang paling cepat mendapat nilai plus dari seorang dosen yang
sebenarnya adalah dosen yang agak pelit dengan nilai B.
“Kamu semangat dong, Din.. Masa naklukin dosen gitu
aja kamu gak sanggup!” Robby mendukungku.
“Yeee. Emang gampang apa? Kamu pake pelet apasih? Kok
banyak sih dosen yang care banget sama kamu?”
“Pelet? Emang aku ikan ya?”
Itulah Robby, orang yang asik dan pandai, sementara
Vivian tertutup dan agak pendiam. Aku tak pernah bisa menebak apa yang ada
dalam pikirannya.
***
Ini adalah kehidupan ku yang baru, sudah berhasil
kulalui selama 1 semester, ya.. aku merasa lelah dan jenuh. Begitu banyak beban
yang harus kuhadapi. Tugas, kuliah mendadak, tugas, kuliah mendadak, hal itu
lah yang selalu menghantui hidupku selama kuliah 6 bulan pertama.. belum lagi
siksaan dari dalam diriku saat melihat nilai ku yang
sangat-sangat-tidak-membuat-aku-merasa-puas! Aku mendapat 2 nilai C, 1 nilai C+
dan yang lainnya hanya B. Sebatas itukah kemampuanku? Sementara Robby? Jangan Tanya!
Dia selalu mendapat nilai B dan beberapa nilai A. Aku merasa dia adalah saingan
terberatku dan aku harus mengalahkannya. Ya.. aku pasti bisa!
“Kok melamun aja sih, Din?” Tanya Vivian padaku.
“Mikirin aku ya, Din?” sambung Robby dengan begitu
pedenya.
“Apa, By? Mikirin kamu? Iuhh!! Yang ada aku mikirin
nilai-nilaiku, dan nilai kamu, By. Huftt aku pesimis deh bisa nyelesain kuliah
ini, ditambah lagi punya saingan kayak kamu yang pintarnya selangit. Aku ngerasa
capek, deh ngadapin ini semua.”
Tiiitiitiitiit.. handphone Vivian berbunyi memecah
suasana galau ku siang itu, “Eh.. aku pamit ya, aku disuruh pulang sama Ibu” Vivian
pamit dan pergi meninggalkan kami berdua pada sore yang dinginnya menusuk tubuh
ini.
“Kamu pesimis banget sih. Kamu pasti bisa, Din. Jangan
lemah kayak gitu dong! Aku pasti ada buat kamu kalo kamu butuh bantuan aku,
Din. Percaya deh! Aku juga siap kok jadi tempat sandaran kamu kalo kamu sedih,
capek, atau apa lah itu! Aku pasti ada buat kamu, asal kamu gak nyerah dan
putus asa gini, tuh.. kecantikan kamu jadi berkurang, kan!”
Terimakasih Robby..
***
Janji yang tidak pernah diingkarinya, dia benar-benar
membantuku, menjadi tempat aku bersandar dan menjadi tempat aku mengeluarkan
semua keresahanku, dan semua keganjalan yang ada dalam hatiku. Saat itulah aku
mulai menyadari aku sangat menyayanginya.
“Din.. kayaknya aku suka sama Robby, deh” suara
Vivian sahabatku membuatku sangat shock saat itu. Ya Tuhan.. kejadian macam apa
ini?
“Oh ya.. bagus dong. aku pasti bantu kamu!” aku
mendukungnya walau sangat berat untuk mengatakan hal itu.
“Makasih ya, Din..” katanya sambil memelukku.
***
Aku tidak pernah berbohong pada Vivian, aku menepati
janji itu. Aku selalu membantunya untuk dekat dengan Robby. Aku selalu mempengaruhi
Robby agar ia mau mendekati Vivian walaupun ia selalu menolak.
“Kenapasih, Din kamu selalu nyuruh aku buat deket sama
Vivi, kamu juga selalu jodoh-jodohin aku sama dia. Kamu gak ngerti aku sukanya
sama kamu! Aku sayangnya sama kamu!” kata-kata itu menggetarkan suasana hatiku
saat itu.
“Tapi.. aku mau Vivian bahagia. Aku rela ngorbanin
semuanya demi Vivi, dia sahabatku, By!”
“Kalo kamu ngorbankan ini, kamu nyakitin perasaan 3
orang sekaligus, yang pertama aku, aku sukanya sama kamu, bukan sama Vivian. Yang
kedua, Vivian, gak mungkin dia menerima kepalsuan. Dan yang ketiga, itu kamu
sendiri. Kapan sih kamu mikirin kebahagiaan kamu, Din? Kamu selalu ngorbanin
semuanya sama orang-orang sekitar kamu, kamu gak pernah mikirin perasaan kamu
sendiri, tanpa mikirin kebahagiaan kamu! Aku gak mau tau! Aku pengen kamu
bahagia, aku suka sama kamu, Din! Kamu jangan berbohong sama diri kamu sendiri
ya.. biar aku yang menjelaskan semua pada Vivian” kata Robby.
Resmilah sebuah hubungan yang lebih serius hari itu,
awalnya aku sempat ragu untuk menjalani semua ini karena Vivian. Namun, Robby
benar, kapan aku akan bahagia jika aku selalu mengorbankan perasaanku demi
orang lain?
***
Vivian tidak pernah tau tentang apa yang sebenarnya
terjadi. Sudah 1 tahun kami menyembunyikan semua ini darinya, aku benar-benar
tidak tega menyakiti perasaan sahabatku, sampai saat ini dia masih tetap
mengatakan bahwa ia sangat menyayangi Robby.
Hari itu.. Robby menyanyikan sebuah lagu yang begitu populer
pada masanya, “Mungkin hanya.. lewat lagu ini.. akan kunyatakan rasa, cintaku
padamu, rinduku padamu, tak bertepi..” ya tepat saat 1 tahun kami jadian, di
depan Vivian dan aku, saat itulah Vivian mengetahui semuanya.
“Kamu tega ya, Din.. kenapa kamu bohongin aku? Kenapa
kamu mau bantu aku tapi taunya kamu juga suka sama dia? Kenapa kamu mau aja
ngebiarin aku terjebak dalam kebohongan kamu, Din? Saat aku nanya Robby udah
punya pacar atau belum, kamu selalu jawab nggak tau, padahal kamu tau. Kenapa kamu
selalu mau denger aku curhat? Selalu dukung aku? Haa!? Kamu tega ya!”
Segala jenis permintaan maafku tidak diterima
olehnya, Robby tetap mendukungku, tetap menopangku, menjagaku, dan merangkulku.
Ia tidak pernah meninggalkanku, ia adalah sumber semangatku, selalu memberiku
semangat saat menghadapi masalah Vivian, dan masalah kuliah, “Ini gara-gara aku,
Din. Aku janji gak akan pernah ninggalin kamu sampai kapanpun! Aku pasti selalu
ada buat kamu, kamu gak sendiri ngadapin ini!”
***
Semua
berlau begitu cepat, hari dimana aku, Robby, Vivian lulus, aku mendapat nilai
yang sangat memuaskan, namun hatiku masih terasa berat meninggalkan kampus ini
jika masalahku dengan Vivian belum juga selesai..
“Vivi.. selamat ya, kamu lulus. Aku minta maaf sama
kamu, aku sayang kamu!” aku mencoba meminta maaf padanya.
“Dinda… maafin aku ya, aku sadar, aku yang salah..
aku terlalu egois, aku terlalu memaksa apa yang kukehendaki bisa menjadi nyata
tanpa aku memikirkan perasaan kalian berdua. Maafkan aku, Dinda.. Robby”
sahabat lama yang sempat meninggalkan aku memelukku dengan erat. Air mata
kebahagiaan membasahi pipi 2 gadis cantik yang sudah lama berpisah.
“Vi.. harusnya aku deh yang minta maaf ke kamu, aku udah terlanjur jahat bohongin kamu dan biarin kamu nyimpan perasaan itu terlalu lama, aku tau itu pasti sakit, maafin aku ya udah ngecewain kamu dan jadi sahabat yang gak baik buat kamu” balasku sambil memeluknya, pelukan hangat dari sahabat yang sudah kukecewakan terlalu dalam. Maafkan aku..
***
Tepat 5 tahun sudah kami pacaran, hingga akhirnya
kami memutuskan untuk melanjutkan hubungan ini, Vivian adalah salah satu orang
yang membantu aku mempersiapkan hari istimewa itu. 14 September 2012, hari yang
sangat tepat untuk melaksanakan semuanya..
“Din.. selamat ya.. hari ini sahabatku gak akan
sendirian lagi”
“Makasih ya, Vivian.. kamu cepet nyusul loh..”
Dan Mama.. orang yang sangat berarti bagi hidupku, “Selamat
ya anak mama paling cantik.. ternyata hari istimewa kita jatuh di hari yang
sama, Nak. Dengan kisah yang hampir mirip juga. Mama berharap hidup kamu selalu
bahagia. Dan ingatlah, ini awal dari kehidupan kamu yang baru. Mama selalu dukung
kamu”
Saat yang ditunggu tiba, saat kami memasuki ruangan
gereja, berdiri di hadapan altar dan pendeta yang akan memberkati kami,
mengucapkan janji sehidup semati, dan cincin itu.. tersemat di jari manisku..
***
14 September 2012
Hari
yang benar-benar istimewa bagiku. Hari yang membuat aku merasa beruntung.. hari
ini kita sama-sama berjalan ke gereja, sama-sama mengucapkan janji kita di
hadapan-Nya, dan menyematkan cincin itu di jari kita masing-masing. Hari itu
dan cincin ini adalah saksi bisu kisah cinta kita. Aku tak pernah menyangka kau
adalah jodohku, orang yang pernah kuanggap sebagai saingan, orang yang selalu
mendukung aku, menjadi sandaran saat aku lemah, dan orang yang selalu menjadi alasan
untuk aku tetap semangat. Aku berharap aku dapat member yang terbaik bagimu,
aku berjanji akan selalu setia bersamamu hingga maut memisahkan kita. Aku menyayangimu…
-END-
0 komentar teman-teman :):
Posting Komentar
Halo!
Terimakasih sudah mau membaca blog saya. Semoga Anda suka :) Oh iya kalau mau kasih komentar, kasih komentar yang baik dan membangun ya. Supaya komennya enak dibaca :) Hahaha makasih