Rabu, 26 Juni 2013

Burung-Burung Kertas

                Pagi ini gadis itu bangun dan dikagetkan sebuah surat dari rumah sakit yang menjelaskan penyakitnya sudah semakin parah. Penyakit itu begitu cepat menyerangnya, dan menggerogoti tubuhnya. “Aku hanya tinggal menunggu kapan aku akan dipanggil-Nya” Monica, gadis itu menangis.
***
                “Rey.. Lihat deh.. Cantik banget ya burung-burung itu terbang di langit, aku pengen banget liat mereka tiap hari.. sampai aku menghembuskan nafas terakhirku. Rasanya aku ingin memindahkan langit ke kamarku, hingga aku merasa hari-hariku tetap ramai saat aku hanya bisa terbaring lemah tak berdaya di kamarku, nanti..” katanya pada Reyhan saat mereka berada di sekolah saat itu.
                “Memang cantik, Mon. Tapi, kamu gak bisa mindahin langit dan burung-burung itu ke kamar kamu, ntar dunia ini sepi tau. Kalau kamu mau, aku bisa kok ngasih kamu kayak gitu, tanpa mindahin langit..”
                “Maksud kamu?” tanyanya heran, bagaimana mungkin dia bisa memindahkan keindahan langit ke dalam kamar Monica?
                “Kamu tunggu aja nanti.. Yang penting kamu mau bantuin aku..”
                Gadis itu benar-benar penasaran mendengar apa yang dikatakan sahabatnya, ia sangat penasaran dan ingin tahu keindahan macam apa yang akan di bawa Reyhan. Reyhan mengajaknya pergi ke toko, membeli beegituuu baanyaaak kertas origami dengan warna yang beragam, ada warna yang mengkilap, biasa saja dan memiliki ragam warna dalam 1 kertasnya. Ia mengajakku pergi ke sebuah taman.
                “Rey, ini semua buat apa?”
                “Aku mau kita ngelipat 1000 burung kertas, sampai selesai kita bersama-sama melipat burung-burung ini. Nanti, aku janji akan menggantung semuanya di kamar kamu..”
***
                Hari demi hari mereka membuat burung-burung kertas dari origami, hari demi hari juga penyakit gadis itu semakin parah. Reyhan mengetahui tentang penyakit leukemia yang menggerogoti tubuhnya saat ini, ia tahu sudah separah apa penyakit gadis itu saat ini, namun semua itu membuatnya semakin semangat untuk membuat Monica bahagia di sisa hidupnya.
                “Kira-kira burung nya udah berapa ya, Rey?”
                “Nggak tau nih.. Katanya kita nggak boleh hitung, Mon. sabar aja deh ya, ntar juga kelihatan kalau udah 1000”
                Setiap hari.. mereka bersama membuat burung-burung kertas.. Reyhan juga sering menemani Monica ke rumah sakit untuk check up dan membeli obat-obat yang tidak akan pernah memperbaiki keadaannya, malah memperburuk semuanya.
                “Aku pesimis bakal nyelesain semua burung ini.. hidupku gak lama lagi” ntah apa yang terjadi Monica merasa lelah dan ingin berhenti melanjutkan pekerjaan yang sudah kami lakukan selama 1 minggu setiap pulang sekolah.
                “Kamu pasti bisa! Kamu harus optimis! Malah kamu juga harus optimis bakal ada mujizat yang datang sama kamu, dan membawa pergi leukemia itu. Kamu yang tegar ya!” Reyhan mengusap lembut kepala gadis itu.
                Reyhan memang sahabat yang baik, sahabat yang selalu mendukung Monica dalam keadaan apapun, selalu menjaganya dari segala hal yang tidak baik untuknya, dan selalu menjadi tempat sandaran saat Monica merasa lelah dan sedih. Monica sangat menyayangi Reyhan, sahabat terbaik yang pernah didapatkannya sepanjang hidupnya.
                Keadaannya sudah semakin parah.. Penyakit itu semakin gila, seolah-olah penyakit itu berpesta di dalam tubuh gadis cantik itu, penyakit itu takkan pernah pergi dan membiarkannya bahagia. Monica harus melawan rasa sakit yang dialaminya saat ini, harus tetap tegar dan kuat. Monica harus menghadapi cobaan ini dengan lapang dada.
***
                “Burung-burung yang jumlahnya semakin lama semakin banyak, aku rasa tinggal sedikit lagi burung-burung ini akan selesai kami buat bersama. Begitu juga dengan hidupku, aku rasa tinggal sedikit lagi waktuku di dunia ini.” Katanya dalam hati.
                “Rey.. aku rasa ini sudah 1000. Terus kamu mau apa?”
                “Okee. Aku mau ke rumah kamu, kamu tunggu aku di ruang tamu dan biarin aku ngerjain sendiri di kamar kamu..”
                5 jam aku membiarkan Reyhan berdiam diri di kamarnya, terasa sangat lama Monica menunggu sambil menonton televisi di ruang tamu. Monica tak tau Reyhan sedang apa di sana, ntah bersemedi, mengerjakan sesuatu atau malah tidur?
                Akhirnya setelah sekian lama Monica menunggu, Reyhan keluar, ia pulang dan membiarkan Monica menikmati keindahan langit kamarnya yang akan selalu menemani harinya yang sepi. Monica melihat ke langit-langit kamarnya, Reyhan menempeli nya dengan awan-awan biru yang terlihat segar, sejuk, damai, dan indah.. betapa damainya hati saat melihat hal itu. Reyhan juga sudah menempel 1000 burung kertas itu dengan membentuk huruf M, sangat indah..
***
                “Hariku sudah semakin sedikit, kesempatanku bernafas pun semakin sedikit. Umurku tidak lama lagi, dokter menyarankan untuk aku dirawat di rumah sakit, namun aku meminta aku dirawat di rumah saja, aku ingin tetap menikmati indahnya dan ramainya kehidupanku di kamarku.” Kata Monica pada Reyhan yang setiap hari meluangkan waktu untuk menemani Monica.
                “Hey.. lihatlah, Rey. Sekarang burung-burung itu ada di kamarku. Aku bahagia melihatnya setiap hari, setiap aku bangun tidur dan setiap aku ingin tidur. Aku ingin setelah aku tiada kamu menghitung berapa sebenarnya jumlah burung-burung ini..” kata Monica padanya.
                “Iya.. aku pasti ngelakuin itu!”
                Monica merasa kehidupanku tidak pernah sepi sekarang, Mama, Papa dan Reyhan selalu menemaninya, membiarkan jendela terbuka, membiarkannya menikmati keindahan langit kamarnya dan membiarkan angin meniup Monica dan burung-burung kertas itu, hingga Monica merasa sedang berada di luar rumah.
***
                Hari ini matahari tidak bersinar, orangtuanya dan Reyhan masuk ke kamar itu, melihat tidak ada lagi tanda kehidupan pada diri itu. Reyhan mencoba membangunkannya, tapi dia tak sadar juga. “Mon.. cepet banget kamu pergi. Kenapa? Kenapa? Aku gak tau gimana hidupku tanpa kamu. Tapi aku yakin aku harus tegar! Aku janji aku bakal ngitung burung-burung ini buat kamu, aku janji gak akan pernah lupakan kamu, aku janji akan selalu menjaga burung-burung ini buat kamu, burung-burung yang menyimpan kenangan antara kamu dan aku.. aku sayang kamu, Mon. Ragamu memang telah tiada, tapi semua kenangan tentang kamu tidak akan pernah tiada. Selamat jalan, Mon..” air mata menetes dari wajahnya dan jatuh ke pipi lembut gadis cantik yang terbaring kaku di tempat tidurnya.
-END-

0 komentar teman-teman :):

Posting Komentar

Halo!
Terimakasih sudah mau membaca blog saya. Semoga Anda suka :) Oh iya kalau mau kasih komentar, kasih komentar yang baik dan membangun ya. Supaya komennya enak dibaca :) Hahaha makasih

 

Anggi Doloksaribu Template by Ipietoon Cute Blog Design