Selasa, 04 Juni 2013

Daydream


                Hari itu awal dari semester genap, aku sudah kelas 3 SMP. Betapa bahagianya aku akan hal itu. Lebih bahagia lagi saat aku bertemu seorang anak SMA yang baru saja masuk. Dan ternyata dia adalah Andre, satu kompleks ku, bisa dibilang kami tetangga jauh. Mataku tak bisa berhenti menatapnya, ntah
kenapa pertemuan singkat dan sekejap dia seolah menyihirku. Tertegun melihatya dari balkon kelasku, tiap bertemu terasa sangat bahagia dan jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Mungkinkah aku jatuh cinta padanya?
Sheila Aurora, itulah namaku. Tiap keluar main-main aku selalu berdiri di balkon depan kelasku, aku selalu menunggunya keluar dari kelasnya yang berhadapan dengan kelasku. Aku menunggunya dan senyumannya, aku berharap suatu saat nanti aku akan menerima senyuman itu darinya. Ya Tuhan.. Dimana dia? Aku tak melihatnya daritadi. Aku menunggunya hingga aku terbawa pada lamunanku, daydream yang begitu indah. Aku berkhayal dia ada di dekatku, bersama denganku dan tersenyum padaku.
“Hey!!! Melamun aja sih!” tiba-tiba tepukan seseorang mengagetkanku dari lamunan yang begitu indah.
“Eh elo Mon! Ngagetin aja deh!”
Sampai pulang sekolah aku masih terbawa pada lamunan indahku, bahkan aku sama sekali tidak memperdulikan Ujian-ujian yang akan kuhadapi. Akhirnya, kuputuskan untuk mengakhiri lamunan indahku hari itu, aku membuka twitterku, melihat-lihat account twitter Andre, berharap suatu saat nanti dia follow aku dan mention aku. Tiba-tiba mataku berhenti pada tweet milik adik kelasku, Vivian. “ANDRE JONATHAN, X3” Aduh.. kata-kata macam apa yang kulihat ini. Inikah yang sebenarnya terjadi dan tak kuketahui? Kusambung tweet itu “Ciee, abg kelas kan dek? RT @Vivianan1205: ANDRE JONATHAN, X3” Dan dia tak membalasnya.
Hari-hari berikutnya tetap kulalui dengan normal sebelum aku menyadari, Vivian mendadak benci padaku. Dia sering membuat status yang isinya meledek aku dan yang pasti status status itu menggambarkan kebenciannya padaku. Aku langsung bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada Riani, tentang aku dan Vivian. Riani sahabatku, dan teman Vivian, dia cukup membantuku.
“Vivian itu suka sama Bang Andre tau. Dia kesel sama lo, kenapa? Karena lo itu juga suka sama Bang Andre dan Vivian tau itu. Yang pasti dia benci banget deh sama lo!” jelas Riani.
Oh.. begitu. Ternyata hanya gara-gara Andre, aku yakin dia menyimpulkan semua itu melalui tweetnya yang ku-retweet beberapa hari yang lalu. Aku berusaha tak memikirkan semua itu dan benar-benar memfokuskan diri pada ujianku-ujianku tanpa memudarkan perasaan yang kupendam padanya, Andre.
Hari-hari yang sangat kutunggu-tunggu, 14 Februari 2012. Aku tetap berada dalam lamunanku di balkon depan kelasku. Tiba-tiba aku melihatnya berdiri di balkon yang ada di seberang kelasku. Ingin sekali memberikan sebuah senyuman termanis padanya, tapi aku terlalu takut dan malu. Dia menatap mataku, aku menatapnya juga, meskipun berjauhan tapi jantugku masih saja berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku menunduk, terbawa dalam lamunan lagi. Aku berkhayal hari itu juga Andre akan datang padaku. Tak usah memberiku coklat, datang padaku dan mengucapkan selamat valentine saja padaku sudah cukup membuatku bahagia. BUARRR!! Seketika lamunanku berhenti saat Lena mendorongku dan menjatuhkan buku-bukunya di dekatku. Aku menunduk dan membantunya memungut buku yang jatuh. Saat aku bangkit, Andre sudah menghilang.
Keputusanku sudah bulat, aku harus belajar dan sejenak menyampingkan perasaanku padanya. Meskipun ini bulan-bulan terakhir sebelum UN, aku harus tetap berjuang.
Rapor bulanan terakhirku, akhirnya kuterima. Aku memperoleh hasil yang cukup memuaskan aku. Peringkat Sembilan dengan rata-rata 89,5. Wah.. ini untuk kedua kalinya aku mendapat 10 besar semasa SMP. Hingga pada akhirnya UN pun tiba, hari pertama aku sangat menanti kehadiran Andre untuk mengucapkan “Selamat Ujian” padaku. Namun, hingga hari terakhir dia tak kelihatan sama sekali. Aku tak boleh menyerah!
Benar-benar sangat singkat dan sangat tak terasa, masa SMP ku sudah berakhir. Aku harus mencari sekolah baru, SMA baru tempat aku akan melanjut belajarku. Aku memutuskan pindah sekolah. Tak lagi bersama dengan Andre, untungnya kami tetap berada di kota yang sama. Namun, aku tak tahu apakah perasaanku akan berubah saat kami tak lagi 1 sekolah.
Sebelum masuk SMA, ntah kenapa aku menerima Rio menjadi pacarku. Sebenarnya aku tak pernah menyukainya, kalaupun iya hanya sebatas teman saja tak lebih. Karena dari dulu sampai sekarang, perasaan ini tetap pada Andre, aku sangat menyesali semua yang telah terjadi di antara aku dan Rio.
1 bulan setelah aku duduk di bangku SMA, aku memutuskan mengikuti les bahasa Inggris untuk memperdalam kemampuanku. Tak menyangka, Andre juga les di tempat itu. Kami mulai dekat dan sering bersama. Kadang dia menjemputku dari rumah dan mengantarku pulang les. Dia juga sering menjemputku dari sekolah dan mengantarku ke rumah.
Hari itu benar-benar hari yang kelam, teman-temanku menjauhiku dan ntah kenapa mereka marah padaku. Seharian di les aku benar-benar termenung, sama sekali tidak tersenyum. Tiba-tiba aku menangis.
“Sheila, kamu nangis kenapa?” tanya Andre padaku.
“Aku nggakpapa kok, cuma lagi sedih aja”
“Jangan nangis dong, Shel. Ini sapu tangan, air matanya di lap ya” katanya sambil memberikanku sebuah sapu tangan biru muda.
“Makasih ya, Ndre” aku mengambil sapu tangan itu, dan dia tersenyum padaku.
Benar-benar bahagia saat orang yang kau sayangi ada di sampingmu saat kau menangis. Terimakasih Andre.
Semua yang terjadi antara aku dan Andre sangat berbeda dengan aku dan Rio. Perlakuan Andre padaku juga berbeda dengan Rio. Setelah aku berpikir lama, akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri 5 bulan yang sudah kulalui dengan Rio. Memang, Rio sudah member warna-warna indah di buku kehidupanku. Tapi tetap saja aku merasa ini tidak adil untuk kami, ini hanya cinta sepihak. Aku tak mungkin terus membohonginya.
“Rio.. aku mau bicara”
“Apaan, Shel?” wajahnya tersenyum, sungguh tak tega memudarkan senyum itu.
“Jangan marah ya”
“Iyaa Shel”
“Sepertinya, aku harus mengakhiri semua ini. Sekarang aku ya aku, dan kamu ya kamu, tidak lagi kita. Karena aku merasa aku dan kamu hanya sebatas teman saja. 5 bulan ini sudah cukup membuktikan semuanya, kita lebih baik jadi teman biasa saja seperti dulu. Kamu ngerti kan?” jelasku panjang lebar.
Rio menarik nafas panjang, terlihat dari wajahnya ia benar-benar rapuh dan kecewa akan hal itu, “Oh gitu ya.. yaudah gakpapa. Aku gak mungkin maksa kamu. Em.. aku pulang dulu ya, Shel” katanya.
Maafkan Rio, sangat sakit rasanya ketika aku membohongi diriku sendiri dan orang lain yang sama sekali tak bersalah padaku. Aku tau ini berat buatmu, tapi aku yakin ada orang lain yang jauh lebih baik daripada aku, untukmu.
Hari-hari yang kulalui sempat pudar tanpa Rio, memang perpisahan ini sempat membuat hariku sepi. Tapi itu hanya untuk sementara saja. Ntah kenapa aku dan Andre semakin dekat saja. Ia memberi warna baru yang lebih indah di kehidupanku. Aku merasa lamunan yang selama ini kuharapkan perlahan menjadi sesuatu yang nyata, bukan sekedar mimpi dan angan-angan saja.
Malam itu, Andre mengajakku makan malam bersama. Kami melewati tempat yang tampak menyeramkan dan sangat gelap, untung saja lampu mobilnya agak terang.
“Um.. Ndre, aku takut”
Ia menatapku tapi tetap fokus mengendarai mobil, “Kamu gak boleh takut, Shel. Aku kan ada di sini” katanya sambil tersenyum.
Begitu banyak kenangan yang ada di antara kami, meskipun semuanya bias dianggap sebagai hubungan tanpa status. Tapi semua itu terasa sangat indah.
Ntah apa yang terjadi padaku, tiba-tiba aku menyukai kakak kelasku, tanpa membuang perasaanku pada Andre. Kenapa aku begini? Apa yang membuatku suka pada Daniel? Dan yang benar-benar tak kusangka, Daniel adalah temannya Andre, mungkin aku sudah gila. Namun, aku tak sempat dekat dengan Daniel. Malah, aku begitu cepat melupakannya karena dia sudah membuatku menangis hari itu. Memang, Andre tak tergantikan.
Tahun baru terkelam selama hidupku, aku melewati tahun baru di rumah sakit karena sakit tipus. Aku benar-benar menyesali semua yang kulakukan, telat makan, gak makan, bahkan beli makanan sembarangan, hingga pada akhirnya aku terbaring lemah di rumah sakit. Wajahku benar-benar lemas saat itu. Menggambarkan kesedihan, dan kesakitan yang begitu mendalam.
Pintu kamarku dibuka sesorang… Andre!
“Selamat siang, Sheila!” sapanya ceria.
“Eh.. kamu, Ndre”
“Ini buat kamu, Shel, aku letakin di meja ya” katanya sambil meletakkan buah-buahan dan boneka beruang yang membawa semacam boneka kotak obat yang bertuliskan “GWS Sheila” ntah darimana ia mendapatkannya.
“Makasih, Ndre”
“Eh kamu kok sakit sih, Shel. Kangen tau, gak pernah liat kamu naik sepeda lagi di taman deket rumah, terus gak liat kamu lagi melamun di teras rumah kamu. Kangen tau. Makanya jangan lupa makan, terus makannya yang bener dong, Shel. Kamu cepet sembuh ya!” katanya panjang lebar sampil mengelus kepalaku.
“Iyaa bawel, sekali lagi makasih ya” jawabku singkat.
Setelah aku sembuh, dan valentine kedua bersama Andre pun tiba. Aku mendengar kabar yang sangat membuatku drop. Andre kecelakaan, sepeda motornya tersenggol sebuah mobil. Aku sangat khawatir dan sedih. Tanpa berpikir panjang aku menjenguknya ke rumah sakit.
“Andre.. kamu udah gimana?” kata-kata itulah yang keluar dari mulutku saat aku masuk ke ruangannya.
“Gakpapa kok, Shel. Cuma lecet dan koyak dikit hehehe.. kenapa kamu kangen ya?” dia meledekku dengan tawanya.
“Ihhh geer!”
Begitu sakitnya ketika melihat dia terbaring lemah di rumah sakit, dan tetap tersenyum padaku menahan semua sakit yang dirasakannya. Tuhan.. aku mohon sembuhkan dia. Aku tak tega melihat balutan perban yang ada padanya saat ini. Melihat ketegaran wajah itu di balik sakit yang dialaminya.
Beberapa lama setelah kesembuhan Andre, dia agak menghilang. Aku sudah jarang melihatnya di rumahnya. Aku jarang melihatnya di les, 4 kali seminggu les, aku hanya melihatnya datang 1 kali atau 2 kali. Aku kesepian dan merasa  kehilangannya. Hingga akhirnya hatiku tersayat melihat dia meng-upload foto perempuan. Sungguh sakit. Inikah php? Setelah sekian lama aku menantikan lamunan lamunanku menjadi nyata, pada akhirnya berakhir seperti ini?
Aku menangis, sebenarnya aku punya sahabat, Ray. Orang yang ada saat aku menangis dan tertawa. meskipun kadang Ray agak merepotkanku, tapi dia memang sahabat yang baik. Aku sangat berharap kedekatanku dengannya dapat membuatku melupakan Andre, dan semua kenangan tentangnya. Tapi ternyata aku salah, tiap kali aku mencoba melupakan Andre, bayang-bayang tentangnya semakin nyata.
Hari ini Andre ulang tahun yang ke 17. Dia mengajakku bertemu di taman dekat rumah. Sudah lama aku tak berjumpa dengannya. Perasaanku tak pernah berubah, dan pertemuan ini sangat melepas rindu ku padanya. Ia menraktirku es krim coklat.
“Shel.. aku mau ngomong”
“Apa, Ndre?”
“Sebenarnya aku tau tentang kamu, semuanya aku tau. Shel, kamu tau kan aku kelas 3 sekarang? Dan aku janji, setelah aku lulus SMA, aku dan kamu akan jadi kita. Aku janji itu, yang pasti kamu harus mau nunggu aku” katanya padaku sambil tersenyum. “Oh iya, soal foto perempuan itu, dia bukan siapa-siapa hanya temanku. Aku tau ini semua dari Vany” sambungnya lagi.
Senyuman dan kata-katanya membuatku sangat bergetar dan menangis. Aku membalikkan badanku dan meneteskan air mata. Aku tak tau ini air mata kebahagiaan atau kesedihan. Aku mengusapnya, dan menjawab semuanya, “Iya, aku janji”
Semua yang dikatakannya benar-benar mengagetkanku. Aku tak tau dan tak pernah tau. Apa semua ini benar-benar atau hanya candaan semata. 1 tahun lagi semuanya akan terbukti. Semua lamunan-lamunan ku menjadi seperti ini. Perasaan yang sudah kupendam selama 2 tahun akhirnya diketahuinya. Aku hanya berharap dia tak berbohong, dan berharap daydream yang indah, suatu saat nanti akan menjadi kenyataan.

-END-

0 komentar teman-teman :):

Posting Komentar

Halo!
Terimakasih sudah mau membaca blog saya. Semoga Anda suka :) Oh iya kalau mau kasih komentar, kasih komentar yang baik dan membangun ya. Supaya komennya enak dibaca :) Hahaha makasih

 

Anggi Doloksaribu Template by Ipietoon Cute Blog Design