Senin, 17 Juni 2013

Sampai Menutup Mata

            Tubuhnya bergetar saat keluar dari ruangan itu, air matanya seketika membasahi wajahnya. Wajahnya tampak layu dan sangat kusut mendengar hasil check up, “5 bulan? Ya Tuhan.. secepat inikah?” air matanya semakin deras, tiba-tiba seorang wanita yang tak lain tak bukan adalah Mamanya memeluknya dengan sangat erat, “Mama sayang Gisel, Gisel jangan sedih ya, Nak.. Itu Cuma perkiraan dokter”
                Gisela Gabriela, gadis pandai dan berparas cantik, sangat rajin dan ramah. Namun sayang, sudah hampir 1 tahun dia mengidap penyakit leukemia, suatu keajaiban ia bisa bertahan sampai saat ini. Semua orang menyayanginya, termasuk sahabat baiknya, Vino. Sepasang sahabat yang saling melengkapi satu sama lain, selalu bersama dalam keadaan apapun, selalu menopang satu sama lain.
                “Sel.. boleh nanya kamu kenapa? Em.. terus kenapa sih kamu gak keliatan 1 minggu ini?” Vino menatap ingin tau wajah sahabatnya itu, “Kamu sakit ya, Sel?”
                “Eh.. apaan, aku nggak sakit kok, Vin. Kemaren cuma sibuk aja hehehe” gadis itu tetap menutupi penyakitnya dari Vino, “maaf ya, Vin aku bohong, aku gak pengen kamu khawatir dan kasian sama ku” ucapnya dalam hati.
“Oh gitu.. aku hanya berharap kamu nggak bohong, Sel. Aku nggak tau kamu kenapa sebenarnya, dan aku benar-benar sangat merasa bersalah, kalo aku nggak tau apa yang sedang terjadi sama kamu. Dan aku benar-benar nggak pengen pisah dari kamu, Sel! Jadi, aku harap kamu jangan nutupin apa-apa ya.”
Sebenarnya sangat wajar bila Vino curiga tentang keadaan Gisele saat ini. Terlihat dari perubahan fisik yang terlhat sangat jelas, tubuh itu semakin kurus, wajah yang cantik dan dulunya selalu terlihat fresh kini agak pucat. Gadis yang dulunya tidak pernah mengeluh dengan kepalanya, kini sering tampak mengeluh kesakitan di depan Vino dan temannya yang lain, bahkan gadis cantik itu sering mimisan dan pingsan di sekolah. Sungguh tidak tega melihat keadaannya saat ini.
Hari demi hari tetap dilalui gadis itu bersama orangtua dan orang disekitarnya, terutama Vino. Gisele benar-benar tidak ingin menyia-nyiakan 5 bulan terakhirnya berada di dunia ini. Ia tak ingin mengecewakan orang di sekitarnya di sisa hidupnya, “aku ingin semua orang bahagia karena aku, Vin” ucapnya pada sahabatnya.
“Sel.. kamu senyum aja orang udah bahagia”
“Kamu kali yang bahagia! Hiii.. lagipula siapa tau besok atau besok lagi aku udah nggak ada”
“Huuuss! Kamu gak boleh ngomong gitu, Sel” ucap Vino seolah kaget mendengar ucapan itu.
“Emang benar kali, Vin. Aku udah gak lama lagi. Makanya aku pengen banget ngabisin sisa hidupku sama orang-orang yang kusayang, apalagi kamu.. orang yang benar-benar kusayangi.. lebih dari sahabat” ucapnya dalam hati sambil tersenyum pada Vino.
Tiap-tiap hari Vino menjaga Gisele, gadis itu mulai semakin sering permisi ke UKS pada jam pelajaran, hal yang membuat Vino semakin khawatir akan keadaannya. Siang itu, matahari bersinar sangat cerah, panasnya menusuk badan. Ntah apa yang terjadi, Gisele mimisan dan tiba-tiba jatuh pingsan, ia jatuh di pelukan Vino, “Sel.. sel..” Vino berusaha menyadarkan, namun Gisele tak sadar juga.
Seketika ia terbangun dari tidurnya, ia sudah berada di sebuah ruangan rumah sakit, tak lagi di lapangan sekolah. Gisele kaget melihat dirinya sudah dipasang infus, “sudah 3 bulan..” tiba-tiba Gisele menangis, dan di hadapan Vino.
“Sel.. kenapa kamu bohong?” perlahan Vino meneteskan air mata untuk yang pertama kalinya di hadapan Gisele.
“Aku nggak mau kamu gini, Vin..”
“Ini gak adil, Sel! Harusnya aku tau dari awal!”
“Kamu tau dari awal juga gak akan merubah keadaan, Vin! Aku juga gak pengen kok lemah kayak gini!” Gisele ikut meneteskan air matanya, ia tak mampu menahan semua tangisan kesedihannya, ia tak menyangka Vino tau semua ini. “Sekarang waktuku juga tinggal 2 bulan lagi, Vin.. mungkin memang udah saatnya kamu tau.”
“Setelah kondisi kamu makin parah, Sel?”
Gisele hanya terdiam dan terpaku dengan keadaan itu, Gisele tak menyangka Vino sekecewa ini pada dirinya, ia tak tau berbuat apa, Gisele menangis. “Maafin aku”
2 bulan lagi.. Gisele kini hanya bisa diam dan berbaring di rumah sakit. Ia sangat berharap keajaiban datang padanya, dan ia pun akan pulih, namun ntah kapan keajaiban itu akan datang atau malah tidak akan datang?
Sepucuk surat dan setangkai mawar merah datang padanya. Sepucuk surat dan setangkai mawar merah yang datang dari orang yang sangat dikasihinya.. Vino.
“Selamat pagi Gisele.. aku punya mawar hidup. Ini buat kamu. Dan mungkin nantinya bunga mawar ini akan layu, tapi meskipun dia layu, dia tetap menyimpan kenangan antara kita, Sel. Aku pernah ngasih tau kamu tentang mawar merah kan, Sel? Nah.. sekrang udah saatnya. Kamu ingat kan? Kalo kamu nggak mau kamu harus apa?”
Gadis itu tersenyum melihat surat itu, seketika ia meletakkan bunga itu di samping bantalnya, menunggu sampai Vino pulang sekolah dan datang padanya untuk melihat bunga mawar itu. Menunggu sampai siang.. akhirnya waktu pun tiba..
“Sel.. kamu..”
“Kamu udah liat mawarnya dimana? Mawarnya di sampingku, Vin. Tepat di sampingku, selamat ya”
“Makasih ya, Sel”
“Harusnya aku yang makasih, kamu tetap nerima keadaan aku meskipun lemah banget kayak gini” Gisele melukis senyum di wajahnya yang terlihat semakin layu dan pucat.
Hari-harinya semakin indah walaupun sebenarnya keadaan ini sangat menyiksanya. Gisele yang tegar, selalu tersenyum dan berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Meskipun suatu saat nanti semua akan segera berakhir, apalagi ini sudah bulan terakhir.
Malam itu Gisele berdoa, ia berusaha duduk walau sebenarnya sangat sakit, “Bapa kami yang di sorga.. T’rimakasih untuk semua yang telah kau berikan padaku sampai saat ini. Aku tetap bersyukur dengan semua ini. Tuhan.. aku tau kondisiku sekarang sangat lemah, harapanku sangat kecil untuk bisa hidup lebih lama lagi. Ya Tuhan.. aku tak mengerti tentang apa yang kurasakan saat ini. Di tengah-tengah sakit yang kurasakan, aku tetap bisa merasakan adanya cinta antara aku dan Vino. Aku mohon ya Tuhan. Bila aku bisa, aku ingin membuatnya tersenyum, aku ingin melukis senyum di wajahnya untuk terakhir kali ya Tuhan.. aku juga ingin membuat kedua orangtuaku bahagia.. aku mohon ya Bapa, jika aku harus pergi, kirimkan penggantiku kepada kedua orangtuaku ya Bapa.. aku percaya mujijat itu akan datang padaku Ya Tuhan. Aku mohon.. aku juga mohon ampun atas semua dosa-dosaku. Terimakasih Tuhan, dalam nama Yesus, Gisel berdoa. Amen”
Gisele tampak gelisah hari itu, menunggu Papa pulang kerja dan Vino pulang sekolah dengan Mamanya yang duduk manis di sampingnya menemaninya. Memberinya makan dan menemaninya mengobrol, “Ma.. Gisele capek. Hari ini Gisele merasa lemah sekali, detak jantung Gisele semakin lambat, Gisele juga semakin susah bernafas.. Gisele gak tahan Ma.” keluhnya, Mama hanya tersenyum dan mengelus rambut putri kesayangannya. “Ma.. makasih ya buat semua yang udah Mama dan Papa kasih buat Gisele. Gisele sayang Mama.. Gisele sayang Papa. Maafin Gisele juga ya, Ma.. Ma.. Gisele juga sayang sama Vino, sampein salam Gisele buat dia ya, Ma.. Papa juga..” Gisele memeluk mamanya, dan tertidur dalam pelukan panjang itu. Tubuhnya semakin lemas dan dingin, Mama meletakkan tubuh Gisele di tempat tidurnya perlahan. Ntah kenapa, Mama tak melihat tandan bahwa Gisele sedang bernafas.
“Dia telah pergi..” dokter berkata perlahan di hadapan orangtua Gisele, dan Vino. Seketika air mata menetes dari mata itu, semakin deras saat Mama menyampaikan pesan Gisele yang terakhir.
Perlahan Vino mendekati tempat tidur Gisele, “Sel.. sekarang kamu udah pergi, kamu udah tenang di sana, aku sayang banget sama kamu, Sel. Gadis cantik yang sangat kusayangi, pergi dan meninggalkan aku selamanya. Asal kamu tau, Sel. Aku benar-benar menyesali semua ini, aku tau kamu sakit seperti ini setelah kamu sudah semakin parah. Kita takkan pernah putus kan, Sel? Iya kan? Jangan lupakan aku ya, sayang. Aku selalu menyayangimu, dan selamanya menyayangimu. Makasih ya, kamu udah jadi malaikat paling cantik yang udah berhasil buat aku senyum di sisa hidup kamu, dan sampai kamu menutup mata kamu.. aku pasti rindu sama kamu, Sel. Selamat jalan ya Gisela Gabriella, pacarku dan sahabatku tersayang..” Vino mengelus kepala orang yang paling dikasihinya sambil meneteskan air matanya dan terjatuh di pipi manis gadis itu.

---

Maaf kalau ada kesamaan nama dan lainnya yahhh.
Jangan lupa tinggalin comment^^
Makasih

0 komentar teman-teman :):

Posting Komentar

Halo!
Terimakasih sudah mau membaca blog saya. Semoga Anda suka :) Oh iya kalau mau kasih komentar, kasih komentar yang baik dan membangun ya. Supaya komennya enak dibaca :) Hahaha makasih

 

Anggi Doloksaribu Template by Ipietoon Cute Blog Design