Kamis, 27 Juni 2013

Takkan Terganti

Memandangi sosok itu dari jauh. Hanya dialah yang mampu membuatku tersenyum. Hanya dialah yang membuatku jatuh dan menikmati indahnya cinta. Dialah orang yang membuatku selalu semangat. Walaupun sebenarnya, dia bukan siapa-siapaku, dan aku sadar aku bagaikan kerikil kecil di tepi jalan yang takkan pernah dilihatnya. Namun, takkan ada sosok lain yang mampu menggantikannya di hatiku.
Setiap hari aku melihatnya dari jauh, melihatnya berbicara, tertawa, tersenyum, berjalan, setiap detik aku selalu memerhatikan apa yang dilakukannya. Mataku tak pernah lepas darinya. Dia memang 1 kelasku, dia juga ketua osis di sekolah. Tak heran jika begitu banyak orang yang menyukainya, terutama adik kelas yang sangat-sangat tergila-gila dengannya.
           Suara itu.. kudengar memanggil namaku, “Viola Azariah” katanya.
           “Uh..Eh.. kenapa Ry?” suaraku bergetar menjawab Harry, ini seperti mimpi, orang yang kusukai memanggilku.
           “Ini buku catatanmu” jawabnya begitu singkat.
           “Ohh..” aku mengambil buku itu dari tangannya. Detak jantungku mengalir padanya melalui buku itu. Aku tak dapat menahan perasaan yang bergejolak ini. Aku tak pernah bisa berhenti menatapnya yang selalu membuat jantungku dag dig dug. Oh.. Harry! Taukah kau apa yang kurasakan? Pernahkah kau memikirkan ku sebentar saja?
Aku bukanlah orang yang menonjol di sekolah. Aku termasuk orang pendiam di sekolah, yang duduk di kursi paling depan, menjawab pertanyaan guru sesekali, dan mengerjakan tugas-tugas. Aku tidak aktif di kegiatan sekolah, berbeda dengan Clarissa. Perempuan yang sangat aktif di bidang ekstra dan osis. Dan gadis itu, juga menyukai Harry, bahkan sangat menyukai Harry.
Aku melihat Clarissa selalu mendekati Harry, meskipun Harry jarang bahkan aku rasa tidak pernah melakukan hal yang sama pada Clarissa. Syukurlah.
Hari demi hari kulalui, dan aku tetap menjadi pengagum rahasianya. Menahan semua perasaan, dan menahan semua rasa cemburuku setiap kali Harry didekati Clarissa, Sharon, ataupun yang lainnya. Aku sadar kok aku tak pantas cemburu, kan aku bukan siapa-siapanya. Aku juga sadar kok, jatuh cinta diam-diam itu sakit, sangat sakit malah, itulah resiko pengagum rahasia dan aku mengerti itu. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini Harry sering mendekatiku.
***
         “Vio, kamu belum pulang” sapanya padaku saat aku sedang duduk di pendapa sekolah, kebetulan saat itu hujan.
        “Seperti yang kamu lihat, Ry. Hujan sangat deras, memaksaku untuk tetap berada di sekolah menunggu sampai pelangi datang.”
        “Ya.. kamu benar. Kamu suka pelangi, Vi?”
        “Tak hanya pelangi, hujan pun aku sangat suka, Ry. Kalau tak ada hujan, tumbuhan akan layu, kalau tak ada pelangi bagaimana aku tau hujan sudah reda?”
           “Tapi kan kamu bisa lihat keluar dia sudah berhenti atau belum”
        “Ya.. kamu benar, Ry. Tapi memang sesuatu yang kurang baik harus diakhiri sesuatu yang indah bukan?”
          “Ya.. kamu benar. Em.. Vio, kenapa kamu nggak mau gabung ke osis?” tiba-tiba dia bertanya hal yang tak begitu penting bagiku.
 “Maksud kamu, Ry?”
             “Aku pengen kamu gabung osis, dan menggantikan posisi Clarissa sebagai sekertarisku. Jujur, aku tak nyaman dengannya. Dia tak pernah serius ketika aku memberinya tugas dan saat kami rapat”
            “Tapi sebentar lagi jabatan kamu berakhir, Ry. Sebentar lagi kita UKK, dan naik kelas 3. Bukankah ini terakhir kalinya kamu jadi ketua osis?”
            “Ya.. kamu benar, tahun depan kita sudah UKK” hujan mulai reda saat kami berhenti ngobrol,   “Hey.. Viola, coba kamu lihat, pelangi sudah datang buat kamu. Dia sudah menyuruhmu pulang”
          “Iya, Ry. Sepertinya sudah saatnya aku pulang”
           “Em.. Vio.. baru saja pelangi berpesan padaku agar aku mengantarmu pulang”
           “Oh ya? Kalau kamu merasa nggak direpotkan nggak masalah kok, Ry”

9 Juli, pertama kalinya kita saling bicara panjang lebar, sama-sama menunggu pelangi datang di tengah-tengah hujan. Hari ini benar-benar menjadi sejarah yang tak terlupakan dan takkan pernah kulupakan sepanjang hidupku.
Hari-hari selanjutnya, kami mulai sering bersama. Aku menemaninya latihan basket, menemaninya rapat osis, dan selalu menemaninya. Aku tak mengerti apa yang dilihatnya dari orang sepertiku. Jika dibandingkan dengan Clarissa, menurutku gadis itu jauh lebih baik dariku. Aku tak mengerti apakah Harry memang benar-benar menyukaiku, atau hanya ingin mempermainkan aku saja.

SMS dari Harry datang malam itu.
Harry : Viola, kamu sibuk nggak besok?
Viola : Nggak kok, Ry.
Harry : Oh.. kalau gitu kamu datang ya.. ke café pelangi jam 7, besok. Aku ada di meja nomor 9, aku tunggu kamu ya
***
9 September, tepat 2 bulan setelah kedekatan kami, Harry mengajakku bertemu di sebuah café, jam 7 malam. Aku tak tau entah apa tujuan Harry mengajakku bertemu malam itu, tanpa banyak bicara, aku datang sesuai dengan permintaannya. 2 jam sudah kami di sana, kami hanya makan dan bicara tentang pelajaran sekolah, sudah agak lama setelah jam 9, Harry mengagetkanku.
          “Vio, aku suka sama kamu, sebenarnya udah sejak kita kelas 1 SMA. Kamu mau nggak jadi pacarku?”
          Aku tiba-tiba ternganga dengan apa yang dikatakannya, “Oh ya? Bukannya aku hanyalah kerikil kecil di matamu? Aku bukanlah gadis yang terlalu cantik dan aktif di ekstra dan osis, aku hanyalah perempuan cupu dan pendiam, bukan seperti gadis-gadis lainnya” aku sangat minder saat itu.
           “Kamu lebih dari kerikil kecil di hadapanku, kamu sangat berharga di mataku, bagiku kamu takkan pernah tergantikan. Kamu berbeda, memang kadang kamu terlihat cupu dan pendiam, tapi kamu sangat baik, rajin dan kamu sangat spesial di mataku. Kamu, Viola Azharia adalah pelangi terindah yang pernah ku lihat” Harry benar-benar membuatku luluh saat itu.
          “Aku menerimamu, Ry, tapi aku sangat berharap semua itu benar dan bukan sekedar gombalan semata. Aku percaya, kamu baik dan kamu bukan pembohong.”
           “Terimakasih, Viola. Aku berjanji akan membahagiakanmu, dan takkan pernah meninggalkanmu dalam keadaan apapun”
9 September 2009, 09.45 p.m. untuk pertama kalinya aku merasakan bagaimana rasanya pacaran seperti remaja lain. Hari ini benar-benar menjadi hari yang tak terlupakan di hidupku. Harry sudah menulis namanya di buku kehidupanku, menulis namanya di halaman yang indah dengan tinta pena yang sangat menawan.
Aku melewati setiap hari, setiap jam, setiap menit, dan detik dengannya. Dia membuat hidupku lebih indah, bahkan lebih indah dari pelangi yang ku lihat setelah hujan berakhir. Dia benar-benar mewarnai hidupku dengan warna-warna yang indah dan sangat manis. Meskipun terkadang ada hujan-hujan datang mengusik kami, namun hujan itu membuat hubungan kami semakin baik.
7 tahun kami melewati semuanya bersama-sama, meskipun kami sempat mengalami LDR selama 5 tahun, tapi jarak itu bukannya menjauhkan kami, tetapi mendekatkan kami. Tak ada seorangpun yang dapat menggantikanku di hatinya, dan menggantikannya di hatiku. Aku sangat menyayanginya.
Hari ini, 9 September, tepat 7 tahun setelah dia mengungkapkan rasa cintanya padaku. Hari dimana Harry benar-benar menepati janjinya, sudah 7 tahun dan dia tak meninggalkanku, dia tetap setia padaku. Hari ini, sebuah cincin darinya melingkar padaku, dan hari ini kami sama-sama mengucapkan janji sehidup semati. Harry, terimakasih untuk warna yang telah kau berikan, terimakasih untuk janji itu, dan terimakasih untuk semua yang telah terjadi di antara kita. Aku sangat menyayangimu, kamu tak akan terganti.
 -END-

0 komentar teman-teman :):

Posting Komentar

Halo!
Terimakasih sudah mau membaca blog saya. Semoga Anda suka :) Oh iya kalau mau kasih komentar, kasih komentar yang baik dan membangun ya. Supaya komennya enak dibaca :) Hahaha makasih

 

Anggi Doloksaribu Template by Ipietoon Cute Blog Design