Sabtu, 03 Agustus 2013

Lilin Kecil

    Malam dingin yang benar-benar menusuk tubuhku, membuatku semakin merasakan dinginnya malam ini. Malam yang gelap, sinar rembulan tak mampu menerangi malam ini. Aku hanyalah gadis biasa yang tinggal di sebuah desa kecil, malam ini aku ditemani segelas capucino dan sebuah lilin yang menerangi kamar kecilku. Teringat aku akan sebuah kenangan dibalik lilin kecil yang menjadi cahaya ku di malam ini..

Sumber gambar : http://stuffpoint.com/love/image/257826-love-lilin-cinta.jpg
♥♥♥

    Pergi ke kota besar, menuntut ilmu demi masa depanku. Itulah tujuanku pergi ke kota 8 tahun yang lalu. Sebuah keajaiban seorang gadis desa seperti aku dapat kesempatan kuliah di salah satu Universitas Negeri ternama di Bandung, kota yang indah dimana banyak gadis-gadis ayu yang sangat menawan. Aku yakin kelak ku 'kan berhasil..

    Tertegun aku melihat kota indah ini di malam hari. Tiap sudut kota diterangi lampu jalan yang indah, semakin indah ditemani cahaya rembulan. Setiap bangungan pun memiliki lampu-lampu indah yang menerangi malam dingin mereka. Berbeda dengan suasana kampungku dulu, malam hari hanya ditemani cahaya lilin, bulan dan bintang. Hanya itulah sumber cahaya untukku dan orang-orang di kampungku setiap malam. Aku memang orang pinggiran dan terbelakang, jika semua rumah di kota sudah dialiri listrik, kampungku belum.. Sungguh aku prihatin.
    "Kamu melamun, Mel?" Ferdy membuyarkan lamunanku tentang kampung, malam itu.
    "Eh.. Iya, Fer. Soalnya Bandung beda jauh sama kampungku"
    "Oh ya? Emang kampung kamu gimana, Mel?" tanya Ferdy penasaran.
    Aku menarik nafas panjang, "Ya gitu.. Kalo di kampung dulu, gak ada yang namanya lampu, lampu jalan, listrik. Semuanya nggak ada, dulu cuma ada lilin sama sinar bulan kalau malam, emang sih kayak damai gitu. Tapi kalo mau belajar malam susah, kemana-mana juga susah karna gelap. Tapi itulah yang buat aku rindu sama kampung.. Lilin-lilin kecilnya yang menerangi setiap sudut, memberi kehangatan dan cahaya, berusaha menjadi sumber penerang sampai dia mati. Itulah hebatnya lilin di mataku, Fer. Walau dia kecil tapi mampu menjadi sumber cahaya sampai mati. Aku pengen kayak lilin!"
    Ferdy hanya tersenyum mendengar celotehanku tentang kampungku dulu.
    Ferdy. Orang dan pria pertama yang tertarik untuk berteman denganku. Sungguh, pertama kali aku masuk kuliah, Ferdy-lah yang selalu menolongku dan menemani aku di Bandung. Ferdy adalah orang pertama yang kutemui secara tidak sengaja di kampus seusai aku daftar ulang, aku menabraknya dan menjatuhkan buku-buku bawaannya. Ferdy jugalah yang membantu aku mencari kost-an dan menunjukkan arah padaku agar aku tidak tersesat di Bandung. Dan sebenarnya dia 2 tahun lebih tua daripada aku, lebih tepatnya dia seniorku, senior terbaikku! Walau sebelumnya aku tak pernah mengenalnya, tapi aku yakin dia anak baik-baik.
    Dekat dengan Ferdy sebenarnya menjadi sumber petaka bagiku, banyak gadis kampus yang tergila-gila dan tergiur akan ketampanan wajahnya. Bukan hanya 1 bahkan puluhan gadis mengejar-ngejarnya. Aku terheran-heran melihatnya, seharusnya laki-laki yang mengejar perempuan, bukan sebaliknya. Ibuku selalu mengajari aku untuk menunggu, bukan mengejar. Aku merasa dunia terbalik saat ini. Iri hatilah yang membuat gadis-gadis itu benci padaku dan ingin menggantikan posisiku, padahal aku bukan siapa-siapa...
    "Selesai praktek kamu kemana, Mel?"
    "Aku balik ke kampung, Fer. Aku pengen ngobatin orang-orang di sana. Kamu sendiri gimana?"
    "Aku kerja di Rumah Sakit Papa, terus kalo ada kesempatan lanjut kuliah. Apa? Balik ke kampung, Mel? Kamu yakin? Sayang banget kamu kuliah susah-susah terus balik ke kampung gitu aja?"
    "Kamu bilang sayang, Fer? Bagi aku enggak, justru lebih baik aku ke kampung menolong orang sakit yang benar-benar membutuhkan bantuanku. Aku yakin, di sana aku pasti benar-benar mendapat kebahagiaan bila aku berhasil menolong orang lain, aku juga yakin gak akan kelaparan.."
    "Kamu hebat, Mel! Aku selalu dukung kamu. Kamu dokter muda paling cantik, dan paling hebat."
    "Kamu lebih, Fer!"
   Lagi-lagi dibalasnya semua itu dengan senyuman termanisnya, membuatku terlena dan terbuai dengan kehangatan senyum itu. Aku yakin suatu saat nanti aku pasti merindukannya, benar-benar merindukannya.

♡♡♡

     Hari ini adalah hari paling spesial bagiku, sungguh.. Hari ini aku resmi menyelesaikan kuliah kedokteranku dan resmi menjadi seorang dokter. Ibu dan Bapak datang dari kampung untuk menyaksikan putri nya wisuda. Aku sangat bahagia saat melihat senyum itu. Sangat-sangat bahagia, senyum yang datang dari hati yang paling dalam, senyum paling tulus dan paling bahagia berhasil kulukis di wajah yang mulai menua itu. 
     Ferdy, pria yang lebih dulu lulus dan menjadi dokter daripada aku pun menghadiri acara itu. Datang mendekati aku membawa sebuah karangan bunga mawar merah, dan sebuah kotak yang ditempel sebuah amplop. 
      "Selamat ya, Mel! Aku sebenarnya sedih kamu lulus!" Ferdy mengagetkanku, wajah itu tampak bahagia namun agak kusut.
      "Apa? Maksud kamu gimana, Fer?"
      Ferdy menarik nafas panjang, "Semakin cepat kamu lulus, semakin cepat pula kita akan berpisah. Dan besok.. Besok kamu kembali ke kampung sama orangtua kamu, itu tandanya kita besok udah gak sama lagi! Aku pasti rindu sama kamu, Mel!"
      "Aku pikir aku punya utang sama kamu! By the way, thanks ya, aku juga pasti rindu kamu, Fer!"
     "Mel, ini buat kamu" katanya sambil menyodorkan bunga dan kotak itu, "Oh iya, surat itu buka setelah kamu sampai di kampung ya, Mel!"
      "Beres bos!!"
♡♡♡

    Aku memilih jalan pagi, supaya aku sampai di kampung tidak terlalu larut. Perjalananku kali ini ditemani bunga dan hadiah dari Ferdy. Soal surat, aku harus membukanya saat aku telah tiba di kampungku. Sebenarnya meninggalkan Bandung dan semua kenangan yang tersimpan di dalamnya adalah hal yang berat bagiku, tapi lebih berat lagi jika aku tidak kembali ke kampung dan memberi apa yang kubisa bagi warga kampung.
    Setibanya aku di kampung, matahari sudah sembunyi membiarkan bulan hadir menghangatkan dan menerangi malam ini. Aku mematikan lampu kamarku dan menghidupkan beberapa lilin kecil. Duduk di jendela ditemani secangkir capucino, sekotak coklat dan sepucuk surat dari Ferdy. Kubuka perlahan surat itu, ada selembar kertas berisi tulisan dan sebuah foto.. Memang cahaya lilin tidak terlalu terang, tapi aku masih dapat membaca isi surat itu.

Sumber gambar : http://fc03.deviantart.net/fs71/f/2010/279/0/d/duhai_lilin_lilin_kecil_by_yugo182-d306p56.jpg
Untuk Amelia..
Hai, Mel.. Selamat datang di kampung yang selalu kamu banggakan padaku. Selamat datang di tempat yang paling kamu rindukan, dari aku yang sangat merindukanmu. Mel.. Kamu apa kabar? Aku rindu.. Kalau aku boleh jujur, kamu benar soal lilin. Lilin itu hebat ya? Walau dia kecil, tapi mampu memberi cahaya untuk siapa saja. Sama seperti kamu. Bunga desa yang datang jauh ke kota besar, menuntut ilmu demi orang-orang yang disayanginya. Datang ke kota besar dan masuk ke dalam kehidupan sebuah kolong kecil dimana ada seseorang yang sepi di dalamnya. Orang itu adalah aku, orang yang selalu merasa sepi dan merindukan cahaya. Kamu! Kamu adalah cahaya yang aku rindukan, kamu bagai sebuah cahaya lilin kecil yang menerangi hariku yang sempat gelap dan menemani hariku yang sepi. Tak pernah aku membayangkan hal ini terjadi, lilinku pergi, tapi aku yakin suatu saat nanti dia 'kan kembali menerangi hidupku. Cahayamu gak pernah pudar walau kamu jauh, Mel. Setiap aku melihat lilin, aku mengingat kamu dan semua tingkah lakumu yang menggemaskan, yang selalu membuat aku tidak merasa kesepian lagi.
Dan aku janji, suatu saat nanti, aku jemput kamu, Mel, lilin kecilku yang akan menerangi hidupku dan menemani hariku yang sepi sampai cahayamu padam.
Sampai ketemu lagi, Amelia, lilin kecilku.. dari aku yang selalu merindukanmu, Ferdy.

  
♥♥♥
      
    Ferdy, aku merindukanmu, sudah hampir 3 tahun kita berpisah. Dan sampai saat ini aku masih menyayangimu dan merindukanmu. Aku akan menunggumu menjemputku, sampai kapanpun itu.. Aku akan berusaha menjaga cahaya lilinku untukmu, orang yang merindukanku dan orang yang sangat kurindukan.

6 komentar teman-teman :):

  1. nice *blogwalking* folback ye :)

    BalasHapus
  2. Bagus,, "gadis desa, mental sosialita" minumnya cappucino. hehhe

    Good storie sis! ^^

    folback ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.. Thank uuu :) ntar ya,kalo on pc pasti difolbek.

      Hapus

Halo!
Terimakasih sudah mau membaca blog saya. Semoga Anda suka :) Oh iya kalau mau kasih komentar, kasih komentar yang baik dan membangun ya. Supaya komennya enak dibaca :) Hahaha makasih

 

Anggi Doloksaribu Template by Ipietoon Cute Blog Design