Rabu, 10 Juli 2013

Kotak Harta Karun

Sumber gambar : kliiik!
Semua hal tentang Billy masih terekam jelas di benakku, terlebih tentang kotak harta karun yang menyimpan banyak kenangan tentang aku dan Billy. Semua semakin jelas saat aku melihat kunci kotak harta karun itu. Aku dan Billy sama-sama menanam kotak itu di sebuah taman dekat rumahku dan Billy sebelum kami
berpisah. Billy membawa peta lokasi kotak itu, dan memberinya padaku. Billy bilang suatu saat nanti dia kembali, kami akan mencari bersama-sama dan membuka bersama-sama. Ntah sampai kapan, sudah 12 tahun aku menanti kedatangannya. Kira-kira tampang Billy saat ini sudah seperti apa ya? Apa dia masih gemuk seperti sumo? Sungguh, dulu Billy gemuk dan agak lebih tinggi dariku, dia seperti malaikat yang dikirim untuk menjagaku, dan menemaniku kapan saja. Huh, aku rindu kamu, Bil!
Oh iya, namaku Rena, gadis berumur 22 tahun dan seorang penulis novel terkenal dan terbilang sukses di Jakarta. Aku berani berkata begitu karena sejumlah novel yang berhasil kutulis dan diterbitkan berhasil menjadi best seller di toko-toko buku yang tersebar di seluruh Indonesia. Aku sangat bahagia karena hal itu, aku juga bahagia karena punya pembaca setia yang selalu rela mengeluarkan uang dari dompet mereka untuk membeli buku-buku karyaku, dan memberi komentar yang sangaaat bermanfaat. Tanpa mereka aku bukan apa-apa sekarang!
Hari ini adalah hari yang cukup besar buatku, hari ini aku akan pergi ke penerbit yang sangat terkenal di Jakarta. Serius! Aku benar-benar deg-degan hari ini, terlebih lagi aku merasa special karena aku langsung berhadapan dengan boss di kantor ini. Aku harus bisa! Semua ini kulakukan demi karirku dan orang-orang yang menyukai karyaku. Aku pasti bisa! Semangat Rena!!!
Aku berjalan memasuki kantor itu, menemui seorang resepsionis, “Selamat siang, Mbak. Saya Sharena Aquila”
“Ohh iya, Mbak. Mbak sudah ditunggu daritadi sama Bapak. Mbak langsung aja ke ruangannya, ada di lantai 3, nanti Mbak liat aja ada tulisannya di atas pintu” jelasnya.
“Baik, terimakasih ya, Mbak”
Dengan penuh keberanian aku masuk ke lift, menekan angka 3 dan menunggu lift naik ke atas, huh aku masih deg-degan, semoga aku tidak grogi.
“Permisi, selamat siang, Pak!” sapaku pada seorang pria yang berbalik membelakangiku.
“Kamu Sharena Aquila? Silakan duduk!”
“Iya, makasih Pak!”
Ia masih membelakangiku, uhh tidak sopan!
“Jadi kamu bisa menjelaskan isi novel kamu, dan kamu bisa ngasih alasan kenapa saya harus menerima novel kamu untuk diterbitkan dari kantor ini?”
Aku menarik nafas panjang, bersiap-siap mengeluarkan kata-kata bermakna yang bisa membuatnya percaya dan menerima tulisan-tulisan ini, “jadi novel saya kali ini mengisahkan tentang kisah 2 sahabat baik, saya memberi nama Frans dan Rere, mereka sudah saling mengenal dari kecil. Dan mereka saling menyayangi, saling mendukung satu sama lain dan selalu bersama. Namun, saat mereka berumur 10 tahun, mereka harus terpisah karena orangtua Frans harus dipindah-tugaskan. Alasan penerbit ini.. saya rasa cerita yang saya miliki cerita yang menghibur dan saya yakin akan memberi keuntungan bagi kantor ini. Terimakasih..”
“Cerita kamu bagus, tapi saya rasa itu gantung. Saya rasa kamu harus melanjutkannya, coba skip cerita itu, buatlah cerita 12 tahun kemudian dimana mereka akan bertemu lagi. Dan satu lagi! Kenapasih Ren kamu harus buat Frans dan Rere? Kamu kan bisa buat Billy dan Rena” pria itu membalikkan badannya.
“Hah!! Billy?” aku shock melihat sosok itu, tinggi dan kurus, tidak seperti Billy 12 tahun yang lalu, “Ini kamu Bil? Gak mungkin banget!!!”
“Kenapa Ren? Ya ini aku, Billy, kenapa? Makin ganteng? Kamu gak percaya? Percaya dong!!” Billy mencubit hidungku seperti kebiasannya dulu.
“Aaa Billy, aku kangeeeeen” kami berpelukan, pelukan hangat seorang sahabat yang kurindukan, sudah 12 tahun aku menanti kehadiran Billy, dan akhirnya dia kembali.
“Huuuu aku juga, Rena. Makan yuk, aku lapar hehehe.. aku yang traktir deh!”
“Ayoookk!!”
Hari ini Billy benar-benar membayar kerinduanku selama 12 tahun padanya, mengenang masa lalu bersama, juga saling cerita tentang kehidupan kami selama 12 tahun berpisah. Aku benar-benar bahagia hari ini, masa laluku yang sempat menghilang kini kembali lagi. Dan Billy juga sudah cerita padaku, dia sudah punya pacar, namanya Silvia. “Bil, aku cemburu!”
“Idiiih, kamu udah gede, Ren, gakboleh cemburu gitu!” ledeknya sambil tertawa kecil.
Hari demi hari kami semakin sering bersama, aku juga telah mengenal Silvia, gadis yang baik dan cantik, dia sangat beruntung mendapatkan Billy. Billy juga beruntung mendapat pacar sebaik dan secantik Silvia. Aku merasa mereka adalah pasangan yang sempurna, seperti tidak ada celah pemisah antara mereka. Mereka sangat dekat seperti amplop dan prangko, tidak bisa dipisahkan seperti air gula. Terkadang aku merasa iri dan ingin seperti mereka berdua.
Malam itu aku baru saja pulang dari radio, tadinya aku ada jadwal buat siaran perdana di radio itu, ya aku semacam bintang tamu di radio itu. Aku sempat grogi dan takut salah bicara, tapi syukurnya aku bisa. Perutku sangaaat lapar,aku memutuskan makan malam di daerah kemang, dan aku sangat shock ketika aku melihat Silvia bersama seorang pria. Tidak! Dia bukan Billy! Mereka terlihat sangat akrab dan mesra. Aku mulai curiga!
Billy : Halo ada apa, Ren?
Rena : Bil, aku lagi di kemang, aku liat Silvia sama cowo! Sumpah deh gak bohong. Mereka kelihatan mesra dan akrab banget, Bil!
Billy : Ren kamu ngaco ah! Udah deh, kamu udah gede gak usah bohong gitu deh! Ah mending kamu ngurusin novel kamu daripada aku dan Silvia!
Rena : Billlll. Sumpah aku gak bohong!!
Billy : Ngaur kamu, Ren!
Rena : Ngg.. Billl.. tapi..
Tit..tit.. telepon ku diputuskan.
Oke, Bil! Aku bakal buktiin ke kamu!
1 minggu aku dan Billy lost contact, tampaknya dia tersinggung dan agak marah soal perkataanku kemaren. Aku pikir Billy sudah berubah, ternyata sifat kekanak-kanakannya masih terbawa sampai saat ini.
Kuputuskan untuk menyegarkan otakku, lebih baik aku nongkrong di PIM deh, siapa tau di sana aku dapat inspirasi buat lanjut novel, sekalian numpang gratisan wi-fi hehehe.. di sana aku mencoba melupakan kejadian menjengkelkan 1 minggu yang lalu, berusaha fokus pada layar laptopku, dan fokus pada tulisan-tulisannya. Aku pasti bisa fokus! Heyy tunggu, itukan Silvia!
To : Billy (081362xxxxxx)
Aku lagi di PIM nih, datang dong ke tempat biasa.
Cepetan yaa!!
Tak lama kemudian Billy benar-benar datang, aku membiarkannya menonton pertunjukkan singkat pacar pujaannya yang begitu jahat dan sangat menyakiti hatinya. Saat itu juga Billy memutuskan semuanya, ia berterimakasih padaku karena aku mau menolongnya membongkar kebusukkan Silvia, ia tidak pernah menyangka gadis yang sangat disayanginya tega menusuknya seperti ini. Billy juga minta maaf padaku karena perkataannya 1 minggu yang lalu.
“No Problem, Bil. Aku udah lupain semuanya kok!”
“Thanks ya, Ren!”
Hubunganku dan Billy kembali membaik. Aku merasa semakin hari Billy semakin aneh. Dia memang selalu menemani aku saat aku ingin melanjutkan cerita dalam novelku yang kelak akan diterbitkan kantor penerbit miliknya. Aku benar-benar merasa Billy berubah, Billy makin kurus, wajahnya makin pucat dan aneh lah pokoknya.
“Bil. Kamu sakit ya? Kamu kok makin kurus sih?”
“Enggak kok, Ren. Eh nyari kotak harta karun yuk? Kamu masih nyimpan kuncinya kan?”
“Yajelaas donggg, ayok, Bil!”
Ternyata mencari harta karun di taman yang sudah tidak dikunjungi selama 12 tahun memang sulit, tanda-tanda yang dulunya pernah dibuat hilang, kami hanya mengharapkan sebuah pohon besar yang ada tulisan nama kami berdua, kira-kira 2 meter dari pohon itu, di situlah kotak itu tertanam. Sudah 3 jam mengitari taman dan mencari pohon itu..
“Bil.. liat deh pohon ini! Ada tulisannya, BillyRenaJ ini  bukan pohonnya?”
“Kayaknya iya, Ren! Ayooo kita galiiiiii!”
Jeng-jeng-jeng-jeng…
“Wahhh masih bagus ya, Ren, sekarang kamu buka deh!”
Kotak harta karun, isinya bukanlah barang mahal yang bisa dijual kembali ataupun dibelikan barang-barang mahal dan berharga. Tapi, kotak harta karun ini berisi harta karun yang sangat berharga, berisi barang-barang yang menjadi saksi bisu bagaimana kisah persahabatan kami, menyimpan foto-foto dan gelang kami, mainan kecil kami, juga boneka dan mobil-mobilan Billy dan aku. Kotak kenangan yang menjadi saksi dan bukti kami adalah sahabat.
“Nah, Ren, sekarang kotak ini benar-benar ada sama kita, ini buat kamu. Kamu jaga baik-baik ya, kamu gak boleh ngilangin satu barang apapun dari kotak ini. Suatu saat kalo kamu rindu aku, kamu buka kotak ini, dan oh iya, kamu pegang peta ini juga ya. Kamu harus janji jaga baik-baik!”
“Kamu kok ngomong gitu, Bil? Kayak mau mati aja deh!” aku menatapnya prihatin.
Billy hanya tersenyum kecil, dan menarik nafas panjang, “pokoknya kamu jaga, Ren!”
Setelah kejadian itu, Billy menghilang dari hadapanku. Dia seperti lenyap dan hilang ditelan bumi, tiada 1 orangpun yang tau keberadaan Billy. Aku mencarinya di kantor, dan apa yang kudapat? “Pak Billy tidak menitip pesan apa-apa, Mbak. Tidak ada yang tau beliau ada dimana”
Astagaaa Bil, kamu dimanaaasih??
From : Billy (081362xxxxxx)
Kamu gak perlu nyari aku, Ren. Aku baik-baik aja. Aku pergi, karena aku pengen kamu bahagia. Oh iya, Kamu semangat ya nulis novelnya, harus jadi best seller loh! Kamu baik-baik ya, Ren! Janji, kamu harus bahagia tanpa aku! Bye! J
BILLLLYYY apa-apaan sih ini? Permainan apa yang lagi kamu mainin? Please, Bil, kita udah gede, kamu ada dimana sih? Aku mohoooon jangan main-main kayak gini! Kamu jangan buat aku khawatir. Sudah 3 bulan aku gak dengar kabar dari kamu, Bil. I miss you, kamu dimana?
Akhirnya kuputuskan nekat ke rumah Billy, “Biiiil, keluar kamu Bil! Aku benci sama permainan kamu! Aku benci sama kamu, Bil! Keluar kamu, Billl! Aku mau ngomong, Bil!!! BILLLYYY!” aku menggedor-gedor rumahnya.
“Rena..” Mama Billy kaget, kulihat Mamanya membawa sebuah tas besar dan bontot makanan.
“Tante.. Billy dimana? Please aku mau ketemu dia..”
“Billy.. Billy.. sakit, Ren. Dia ada di rumah sakit.”
Air mataku menetes, tanpa pikir panjang aku mengikuti Mama Billy ke rumah sakit. Aku melihat kondisinya yang terlihat sangat-sangat memprihatinkan, wajah itu tak lagi fresh seperti dulu, badannya kurus dan rambutnya sudah tidak ada lagi.
“Billl.. kamu kenapa sih pergi? Aku sayang banget sama kamu! Kenapa kamu gakbilang dari awal kamu sakit? Kenapa tunggu kamu makin parah?” kataku sambil menangis di hadapannya.
“Kamu gakbole nangis, Ren.. aku gaksuka liat sahabatku nangis, kamu hapus air mata kamu ya. Aku pengen kamu bahagia tanpa aku, kalau aku pergi nanti, aku gak mau liat kamu terlalu larut dalam kesedihan! Kamu juga harus janji ya, Ren. Kamu harus lanjutin novel itu sampai selesai, novel yang aku tolak kemaren. Kamu juga harus janji rubah nama tokoh di dalamnya jadi nama kita, aku pengen novel itu selesai sampai cerita aku ninggalin kamu. Aku mau novel kamu mengisahkan kenangan tentang kita yang akan selalu abadi dan dikenang semua orang. Kamu janji ya?”
“Iyaa, aku janji, Bil! Aku sayang banget sama kamu!”
Aku selalu menemani hari-harinya yang kelam, menemaninya di sisa hidupnya. Menjadi sahabat yang baik dan selalu berada di sisinya kapan saja. Terkadang di sampingnya aku melanjutkan tulisan-tulisan untuk novelku, terkadang aku meneteskan air mata setiap kali aku menuliskan cerita tentang Billy yang sekarang, aku juga menangis setiap kali melihat Billy kesakitan menahan semua rasa ini, aku tak sanggup melihat orang yang kusayangi menderita seperti ini.
“Rena.. aku sayang banget sama kamu, udah lama banget, udah dari kecil aku sayang sama kamu. Tapi aku takut gakbisa bahagiain kamu, makanya kemaren aku sempat pergi dan menghilang, itu semua demi kamu. Kamu harus janji, tanpa aku kamu bahagia. Selamat tinggal, Rena.. aku sayang kamu!” kata Billy sambil memegang erat tanganku.
Hari ini, Billy pergi ke Rumah Bapa Yang Kekal, aku yakin dia pasti bahagia, dan suatu hari nanti aku pasti menyusulnya, aku cukup merasa bahagia bisa menjadi orang yang sangat berarti baginya di sisa hidupnya, ya aku memang sahabatnya, sahabatnya sampai ia tutup usia. Ragamu memang telah tiada, Bil, tapi segala kenangan tentang kamu dan kita selalu tersimpan di laci lemariku, di dalam memory otakku, dan di lubuk hatiku yang paling dalam.
Dan kini, 1 tahun setelah kepergian kamu, aku berhasil menyelesaikan novel ini, novel terbaik dan terspesial sepanjang hidupku, novel untuk Billy, orang yang paling kusayangi. Aku merindukanmu, Bil. Aku selalu menangis setiap kali aku membuka setiap halaman dari novel ini dan setiap kali aku membuka kotak harta karun yang menyimpan kenangan tentang kita. Terimakasih sahabatku, aku tidak akan pernah melupakanmu.. aku sayang kamu!
-END-

Cerita ini cuma dikarang-karang, mohon maaf kalau ada kesamaan nama tokoh, nama tempat atau bahkan cerita. Oh iya, silakan komen di tempat yang bersedia kalau anda bersedia. Makasih^^

2 komentar teman-teman :):

Halo!
Terimakasih sudah mau membaca blog saya. Semoga Anda suka :) Oh iya kalau mau kasih komentar, kasih komentar yang baik dan membangun ya. Supaya komennya enak dibaca :) Hahaha makasih

 

Anggi Doloksaribu Template by Ipietoon Cute Blog Design