Sumber gambar : kliiik!
Semua hal
tentang Billy masih terekam jelas di benakku, terlebih tentang kotak harta
karun yang menyimpan banyak kenangan tentang aku dan Billy. Semua semakin jelas
saat aku melihat kunci kotak harta karun itu. Aku dan Billy sama-sama menanam
kotak itu di sebuah taman dekat rumahku dan Billy sebelum kami
berpisah. Billy membawa peta lokasi kotak itu, dan memberinya padaku. Billy bilang suatu saat nanti dia kembali, kami akan mencari bersama-sama dan membuka bersama-sama. Ntah sampai kapan, sudah 12 tahun aku menanti kedatangannya. Kira-kira tampang Billy saat ini sudah seperti apa ya? Apa dia masih gemuk seperti sumo? Sungguh, dulu Billy gemuk dan agak lebih tinggi dariku, dia seperti malaikat yang dikirim untuk menjagaku, dan menemaniku kapan saja. Huh, aku rindu kamu, Bil!
berpisah. Billy membawa peta lokasi kotak itu, dan memberinya padaku. Billy bilang suatu saat nanti dia kembali, kami akan mencari bersama-sama dan membuka bersama-sama. Ntah sampai kapan, sudah 12 tahun aku menanti kedatangannya. Kira-kira tampang Billy saat ini sudah seperti apa ya? Apa dia masih gemuk seperti sumo? Sungguh, dulu Billy gemuk dan agak lebih tinggi dariku, dia seperti malaikat yang dikirim untuk menjagaku, dan menemaniku kapan saja. Huh, aku rindu kamu, Bil!
Oh iya, namaku
Rena, gadis berumur 22 tahun dan seorang penulis novel terkenal dan terbilang
sukses di Jakarta. Aku berani berkata begitu karena sejumlah novel yang
berhasil kutulis dan diterbitkan berhasil menjadi best seller di toko-toko buku
yang tersebar di seluruh Indonesia. Aku sangat bahagia karena hal itu, aku juga
bahagia karena punya pembaca setia yang selalu rela mengeluarkan uang dari
dompet mereka untuk membeli buku-buku karyaku, dan memberi komentar yang
sangaaat bermanfaat. Tanpa mereka aku bukan apa-apa sekarang!
Hari ini adalah
hari yang cukup besar buatku, hari ini aku akan pergi ke penerbit yang sangat
terkenal di Jakarta. Serius! Aku benar-benar deg-degan hari ini, terlebih lagi
aku merasa special karena aku langsung berhadapan dengan boss di kantor ini.
Aku harus bisa! Semua ini kulakukan demi karirku dan orang-orang yang menyukai
karyaku. Aku pasti bisa! Semangat Rena!!!
Aku berjalan
memasuki kantor itu, menemui seorang resepsionis, “Selamat siang, Mbak. Saya
Sharena Aquila”
“Ohh iya, Mbak.
Mbak sudah ditunggu daritadi sama Bapak. Mbak langsung aja ke ruangannya, ada
di lantai 3, nanti Mbak liat aja ada tulisannya di atas pintu” jelasnya.
“Baik,
terimakasih ya, Mbak”
Dengan penuh
keberanian aku masuk ke lift, menekan angka 3 dan menunggu lift naik ke atas,
huh aku masih deg-degan, semoga aku tidak grogi.
“Permisi,
selamat siang, Pak!” sapaku pada seorang pria yang berbalik membelakangiku.
“Kamu Sharena
Aquila? Silakan duduk!”
“Iya, makasih
Pak!”
Ia masih
membelakangiku, uhh tidak sopan!
“Jadi kamu bisa
menjelaskan isi novel kamu, dan kamu bisa ngasih alasan kenapa saya harus
menerima novel kamu untuk diterbitkan dari kantor ini?”
Aku menarik nafas
panjang, bersiap-siap mengeluarkan kata-kata bermakna yang bisa membuatnya
percaya dan menerima tulisan-tulisan ini, “jadi novel saya kali ini mengisahkan
tentang kisah 2 sahabat baik, saya memberi nama Frans dan Rere, mereka sudah
saling mengenal dari kecil. Dan mereka saling menyayangi, saling mendukung satu
sama lain dan selalu bersama. Namun, saat mereka berumur 10 tahun, mereka harus
terpisah karena orangtua Frans harus dipindah-tugaskan. Alasan penerbit ini..
saya rasa cerita yang saya miliki cerita yang menghibur dan saya yakin akan
memberi keuntungan bagi kantor ini. Terimakasih..”
“Cerita kamu
bagus, tapi saya rasa itu gantung. Saya rasa kamu harus melanjutkannya, coba
skip cerita itu, buatlah cerita 12 tahun kemudian dimana mereka akan bertemu
lagi. Dan satu lagi! Kenapasih Ren kamu harus buat Frans dan Rere? Kamu kan
bisa buat Billy dan Rena” pria itu membalikkan badannya.
“Hah!! Billy?”
aku shock melihat sosok itu, tinggi dan kurus, tidak seperti Billy 12 tahun
yang lalu, “Ini kamu Bil? Gak mungkin banget!!!”
“Kenapa Ren? Ya
ini aku, Billy, kenapa? Makin ganteng? Kamu gak percaya? Percaya dong!!” Billy
mencubit hidungku seperti kebiasannya dulu.
“Aaa Billy, aku
kangeeeeen” kami berpelukan, pelukan hangat seorang sahabat yang kurindukan,
sudah 12 tahun aku menanti kehadiran Billy, dan akhirnya dia kembali.
“Huuuu aku juga,
Rena. Makan yuk, aku lapar hehehe.. aku yang traktir deh!”
“Ayoookk!!”
Hari ini Billy
benar-benar membayar kerinduanku selama 12 tahun padanya, mengenang masa lalu
bersama, juga saling cerita tentang kehidupan kami selama 12 tahun berpisah.
Aku benar-benar bahagia hari ini, masa laluku yang sempat menghilang kini
kembali lagi. Dan Billy juga sudah cerita padaku, dia sudah punya pacar,
namanya Silvia. “Bil, aku cemburu!”
“Idiiih, kamu
udah gede, Ren, gakboleh cemburu gitu!” ledeknya sambil tertawa kecil.
Hari demi hari
kami semakin sering bersama, aku juga telah mengenal Silvia, gadis yang baik
dan cantik, dia sangat beruntung mendapatkan Billy. Billy juga beruntung
mendapat pacar sebaik dan secantik Silvia. Aku merasa mereka adalah pasangan
yang sempurna, seperti tidak ada celah pemisah antara mereka. Mereka sangat
dekat seperti amplop dan prangko, tidak bisa dipisahkan seperti air gula.
Terkadang aku merasa iri dan ingin seperti mereka berdua.
Malam itu aku
baru saja pulang dari radio, tadinya aku ada jadwal buat siaran perdana di
radio itu, ya aku semacam bintang tamu di radio itu. Aku sempat grogi dan takut
salah bicara, tapi syukurnya aku bisa. Perutku sangaaat lapar,aku memutuskan
makan malam di daerah kemang, dan aku sangat shock ketika aku melihat Silvia
bersama seorang pria. Tidak! Dia bukan Billy! Mereka terlihat sangat akrab dan
mesra. Aku mulai curiga!
Billy : Halo ada
apa, Ren?
Rena : Bil, aku
lagi di kemang, aku liat Silvia sama cowo! Sumpah deh gak bohong. Mereka
kelihatan mesra dan akrab banget, Bil!
Billy : Ren kamu
ngaco ah! Udah deh, kamu udah gede gak usah bohong gitu deh! Ah mending kamu
ngurusin novel kamu daripada aku dan Silvia!
Rena : Billlll.
Sumpah aku gak bohong!!
Billy : Ngaur
kamu, Ren!
Rena : Ngg..
Billl.. tapi..
Tit..tit..
telepon ku diputuskan.
Oke, Bil! Aku
bakal buktiin ke kamu!
1 minggu aku dan
Billy lost contact, tampaknya dia tersinggung dan agak marah soal perkataanku
kemaren. Aku pikir Billy sudah berubah, ternyata sifat kekanak-kanakannya masih
terbawa sampai saat ini.
Kuputuskan untuk
menyegarkan otakku, lebih baik aku nongkrong di PIM deh, siapa tau di sana aku
dapat inspirasi buat lanjut novel, sekalian numpang gratisan wi-fi hehehe.. di
sana aku mencoba melupakan kejadian menjengkelkan 1 minggu yang lalu, berusaha
fokus pada layar laptopku, dan fokus pada tulisan-tulisannya. Aku pasti bisa
fokus! Heyy tunggu, itukan Silvia!
To : Billy
(081362xxxxxx)
Aku lagi di PIM
nih, datang dong ke tempat biasa.
Cepetan yaa!!
Tak lama
kemudian Billy benar-benar datang, aku membiarkannya menonton pertunjukkan
singkat pacar pujaannya yang begitu jahat dan sangat menyakiti hatinya. Saat
itu juga Billy memutuskan semuanya, ia berterimakasih padaku karena aku mau
menolongnya membongkar kebusukkan Silvia, ia tidak pernah menyangka gadis yang
sangat disayanginya tega menusuknya seperti ini. Billy juga minta maaf padaku
karena perkataannya 1 minggu yang lalu.
“No Problem,
Bil. Aku udah lupain semuanya kok!”
“Thanks ya,
Ren!”
Hubunganku dan
Billy kembali membaik. Aku merasa semakin hari Billy semakin aneh. Dia memang
selalu menemani aku saat aku ingin melanjutkan cerita dalam novelku yang kelak
akan diterbitkan kantor penerbit miliknya. Aku benar-benar merasa Billy
berubah, Billy makin kurus, wajahnya makin pucat dan aneh lah pokoknya.
“Bil. Kamu sakit
ya? Kamu kok makin kurus sih?”
“Enggak kok,
Ren. Eh nyari kotak harta karun yuk? Kamu masih nyimpan kuncinya kan?”
“Yajelaas
donggg, ayok, Bil!”
Ternyata mencari
harta karun di taman yang sudah tidak dikunjungi selama 12 tahun memang sulit,
tanda-tanda yang dulunya pernah dibuat hilang, kami hanya mengharapkan sebuah
pohon besar yang ada tulisan nama kami berdua, kira-kira 2 meter dari pohon
itu, di situlah kotak itu tertanam. Sudah 3 jam mengitari taman dan mencari
pohon itu..
“Bil.. liat deh
pohon ini! Ada tulisannya, BillyRenaJ
ini bukan pohonnya?”
“Kayaknya iya,
Ren! Ayooo kita galiiiiii!”
Jeng-jeng-jeng-jeng…
“Wahhh masih
bagus ya, Ren, sekarang kamu buka deh!”
Kotak harta
karun, isinya bukanlah barang mahal yang bisa dijual kembali ataupun dibelikan
barang-barang mahal dan berharga. Tapi, kotak harta karun ini berisi harta
karun yang sangat berharga, berisi barang-barang yang menjadi saksi bisu
bagaimana kisah persahabatan kami, menyimpan foto-foto dan gelang kami, mainan
kecil kami, juga boneka dan mobil-mobilan Billy dan aku. Kotak kenangan yang
menjadi saksi dan bukti kami adalah sahabat.
“Nah, Ren,
sekarang kotak ini benar-benar ada sama kita, ini buat kamu. Kamu jaga
baik-baik ya, kamu gak boleh ngilangin satu barang apapun dari kotak ini. Suatu
saat kalo kamu rindu aku, kamu buka kotak ini, dan oh iya, kamu pegang peta ini
juga ya. Kamu harus janji jaga baik-baik!”
“Kamu kok
ngomong gitu, Bil? Kayak mau mati aja deh!” aku menatapnya prihatin.
Billy hanya
tersenyum kecil, dan menarik nafas panjang, “pokoknya kamu jaga, Ren!”
Setelah kejadian
itu, Billy menghilang dari hadapanku. Dia seperti lenyap dan hilang ditelan
bumi, tiada 1 orangpun yang tau keberadaan Billy. Aku mencarinya di kantor, dan
apa yang kudapat? “Pak Billy tidak menitip pesan apa-apa, Mbak. Tidak ada yang
tau beliau ada dimana”
Astagaaa Bil,
kamu dimanaaasih??
From : Billy
(081362xxxxxx)
Kamu gak perlu
nyari aku, Ren. Aku baik-baik aja. Aku pergi, karena aku pengen kamu bahagia.
Oh iya, Kamu semangat ya nulis novelnya, harus jadi best seller loh! Kamu
baik-baik ya, Ren! Janji, kamu harus bahagia tanpa aku! Bye! J
BILLLLYYY
apa-apaan sih ini? Permainan apa yang lagi kamu mainin? Please, Bil, kita udah
gede, kamu ada dimana sih? Aku mohoooon jangan main-main kayak gini! Kamu
jangan buat aku khawatir. Sudah 3 bulan aku gak dengar kabar dari kamu, Bil. I
miss you, kamu dimana?
Akhirnya
kuputuskan nekat ke rumah Billy, “Biiiil, keluar kamu Bil! Aku benci sama
permainan kamu! Aku benci sama kamu, Bil! Keluar kamu, Billl! Aku mau ngomong,
Bil!!! BILLLYYY!” aku menggedor-gedor rumahnya.
“Rena..” Mama
Billy kaget, kulihat Mamanya membawa sebuah tas besar dan bontot makanan.
“Tante.. Billy
dimana? Please aku mau ketemu dia..”
“Billy.. Billy..
sakit, Ren. Dia ada di rumah sakit.”
Air mataku
menetes, tanpa pikir panjang aku mengikuti Mama Billy ke rumah sakit. Aku
melihat kondisinya yang terlihat sangat-sangat memprihatinkan, wajah itu tak
lagi fresh seperti dulu, badannya kurus dan rambutnya sudah tidak ada lagi.
“Billl.. kamu
kenapa sih pergi? Aku sayang banget sama kamu! Kenapa kamu gakbilang dari awal
kamu sakit? Kenapa tunggu kamu makin parah?” kataku sambil menangis di
hadapannya.
“Kamu gakbole
nangis, Ren.. aku gaksuka liat sahabatku nangis, kamu hapus air mata kamu ya.
Aku pengen kamu bahagia tanpa aku, kalau aku pergi nanti, aku gak mau liat kamu
terlalu larut dalam kesedihan! Kamu juga harus janji ya, Ren. Kamu harus
lanjutin novel itu sampai selesai, novel yang aku tolak kemaren. Kamu juga
harus janji rubah nama tokoh di dalamnya jadi nama kita, aku pengen novel itu
selesai sampai cerita aku ninggalin kamu. Aku mau novel kamu mengisahkan
kenangan tentang kita yang akan selalu abadi dan dikenang semua orang. Kamu janji
ya?”
“Iyaa, aku
janji, Bil! Aku sayang banget sama kamu!”
Aku selalu
menemani hari-harinya yang kelam, menemaninya di sisa hidupnya. Menjadi sahabat
yang baik dan selalu berada di sisinya kapan saja. Terkadang di sampingnya aku
melanjutkan tulisan-tulisan untuk novelku, terkadang aku meneteskan air mata
setiap kali aku menuliskan cerita tentang Billy yang sekarang, aku juga
menangis setiap kali melihat Billy kesakitan menahan semua rasa ini, aku tak
sanggup melihat orang yang kusayangi menderita seperti ini.
“Rena.. aku
sayang banget sama kamu, udah lama banget, udah dari kecil aku sayang sama
kamu. Tapi aku takut gakbisa bahagiain kamu, makanya kemaren aku sempat pergi
dan menghilang, itu semua demi kamu. Kamu harus janji, tanpa aku kamu bahagia.
Selamat tinggal, Rena.. aku sayang kamu!” kata Billy sambil memegang erat
tanganku.
Hari ini, Billy
pergi ke Rumah Bapa Yang Kekal, aku yakin dia pasti bahagia, dan suatu hari
nanti aku pasti menyusulnya, aku cukup merasa bahagia bisa menjadi orang yang
sangat berarti baginya di sisa hidupnya, ya aku memang sahabatnya, sahabatnya
sampai ia tutup usia. Ragamu memang telah tiada, Bil, tapi segala kenangan
tentang kamu dan kita selalu tersimpan di laci lemariku, di dalam memory
otakku, dan di lubuk hatiku yang paling dalam.
Dan kini, 1
tahun setelah kepergian kamu, aku berhasil menyelesaikan novel ini, novel
terbaik dan terspesial sepanjang hidupku, novel untuk Billy, orang yang paling
kusayangi. Aku merindukanmu, Bil. Aku selalu menangis setiap kali aku membuka
setiap halaman dari novel ini dan setiap kali aku membuka kotak harta karun
yang menyimpan kenangan tentang kita. Terimakasih sahabatku, aku tidak akan
pernah melupakanmu.. aku sayang kamu!
-END-
Cerita ini cuma dikarang-karang, mohon maaf kalau ada kesamaan nama tokoh, nama tempat atau bahkan cerita. Oh iya, silakan komen di tempat yang bersedia kalau anda bersedia. Makasih^^
sukses ya buat novelnya :)
BalasHapusCuma fiktif kok cerpennya ini hehehe :)
Hapus