Sabtu, 27 Juli 2013

Catatan Kecil Lolly

Namaku Lolly, aku anak dari sebuah keluarga yang super berantakan hancur! Broken home, ah! Sebelum mereka pisah, setiap hari aku melihat pertunjukkan menjijikkan dan menyakitkan di rumah, kursi tercampak kesana-kemari, mendengar bunyi pecahan kaca setiap hari dan berbagai kata menyakitkan terdengar. Sejak orangtuaku pisah aku ngerasa dunia ini benar-benar kacau dan hancur! Sejak itulah aku merasa dunia ini
benar-benar seperti panggung sandiwara, penuh dengan topeng dan kepalsuan. Sekarang aku tinggal berdua sama Mamaku, sosok hebat yang selalu tegar menghadapi setiap masalah. Namun, sejak Papa dan Mama pisah, Mama berubah jadi orang yang super sibuk dan sering meninggalkan aku. Aku merasa kesepian setiap hari, aku membutuhkan orang-orang yang kusayang dan menyayangi aku. Aku membutuhkan pelukan dan belaian hangat kasih sayang dari Mama dan Papa. Tapi kenapa mereka semua pergi meninggalkan aku? Aku merasa mereka semua adalah orang paling egois di dunia!
    Terkadang aku merasa iri melihat teman-temanku diantar-jemput kedua orangtua mereka, setiap hari menyalam orangtuanya tiap kali berangkat ke sekolah, dan selalu berkomunikasi di rumah. Huft.. aku sadar itu semua hanya mimpi belaka yang tak pernah kudapatkan di rumah. Siapalah aku ini? Apalah aku ini? Aku hanya seorang anak yang haus akan kasih sayang yang tidak akan pernah datang sampai kapanpun.
Aku benci dunia ini! Aku merasa dunia tidak adil! Mereka mengambil semuanya dariku, mengambil kasih sayang dan kebahagiaan yang dulu pernah singgah di kehidupanku. Dunia yang kejam membiarkan aku selalu gagal dan terpuruk. Aku tidak percaya siapapun di dunia ini, semua orang itu sama di mataku, sama-sama jahat dan egois! Satu lagi, aku benci laki-laki! Di mataku mereka sama saja! Mereka pembohong dan egois, suatu saat mereka datang dan meninggalkanku kapan saja mereka mau! Ah! Aku merasa hidupku penuh kebencian, kegagalan dan kemarahan! Aku benci hidupku.
    “Nov, lo benci sama gue ya?”
    “Benci? Maksud lo Ly? Gue gak ngerti deh!”
    “Enggak sih, soalnya gue ngerasa lo mulai lupa sama gue. Lo juga udah jarang tuh mau nemenin gue kalo gue lagi kesepian, by the way, gue kangen Mama, Nov.. kangen bangettt” kataku sambil menangis di depan sahabatku Novi, satu-satunya orang yang selalu ada bersamaku.
    “Maafin gue ya, Ly. Bukannya gue lupa sama elo, tapi gue punya banyak kerjaan dari Osis, ya lo kan tau gue sekertaris, gue juga gak maksud kok ninggalin elo. Ya lo sabar aja ya, Ly. Gue janji gak gini lagi”
    Novi, sahabatku paling baik, satu-satunya orang yang aku rasa tidak pernah mengecewakan aku dan tidak pernah bersandiwara di hadapanku. Dia adalah gadis sempurna dengan kehidupan yang sempurna, apapun yang dikerjakannya selalu disukai banyak orang, dia juga adalah kepercayaan setiap guru di sekolah. Orangtuanya baik-baik saja, bahkan dia mendapat kasih sayang penuh dari orangtuanya, itulah yang membuatku cemburu padanya.
    Sudah 1 tahun setelah perceraian orangtuaku. Sudah 1 tahun setelah traumaku pada laki-laki mulai memudar setelah kehadiran Ega. Orang yang menyadarkan aku bahwa gelap tak selamanya menyeramkan. Orang yang selalu mendukung aku dan meyakinkan aku kalau aku tidak sendiri. Aku mulai membuka hati dan mulai menghapus semua kebencianku pada laki-laki. Ega, alasanku untuk aku tetap semangat dan tersenyum menghadapi semua rintangan dalam hidupku, orang yang menjadi alasanku untuk tetap bertahan menghadapi semua siksaan dunia yang menghantuiku. Ega, orang yang berhasil merubah hidupku yang penuh kebencian menjadi kebahagiaan dan penuh kasih sayang. Namun, aku tetap rindu suasana rumahku yang lama, dimana aku bersama kedua orangtuaku, mustahil rasanya suasana itu kembali seperti dulu.
    “Lolly, lo ternyata pinter loh, gue gak nyangka. Kenapa coba lo selama ini milih diam di kelas dan gak mau jawab-jawab pertanyaan guru? Sayang banget loh, Ly” kata-kata Ega benar-benar mengagetkanku.
    Pipiku seketika memerah, “ih tuuh kan gue jadi geer nih. Ya soalnya gue takut gagal, selama ini kan apa yang gue buat orang gak pernah suka walaupun itu benar.”
    “jangan merendah gitu ih. Lagian siapa bilang? Gue suka tuh sama gambar-gambar dan cerpen buatan elo yang rutin ditempel di mading. Lo gak boleh pesimis dan rendahin diri lo sendiri, Ly. Lo harus yakin sama kemampuan lo. Gue yakin kok, lo itu orang yang hebat, sabar, dan tangguh!” Ega selalu mengeluarkan perkataan itu tiap kali aku menyerah, dia selalu menguatkan aku dan mendukung aku apapun yang terjadi.
    Aku benar-benar merasa semua hampir kembali, kecuali mama dan papa. Aku kangeeen mereka, mama sibuk dan papa? Meninggalkan aku dan tidak pernah memperdulikan aku.
    Siang ini ada pertandingan futsal antar sekolah, yang kutau, Ega ikut ambil bagian dalam pertandingan itu, “ahh aku harus nonton Ega!” aku pengen ngasih     semangat dia, orang yang selalu mengerti aku dan mendukung aku. Egaaa I’m cominggg!
    Sebelum pertandingan aku dengan tidak sengaja melihat Ega dan Novi berdua di kantin, mereka lagi ngobrol, benar-benar terlihat akrab dan mesra. Terlihat dari tatapan Novi juga, sepertinya mereka ada apa-apa. Yang kutau, Novi tau dan mengerti perasaanku yang sebenarnya pada Ega. tapi kenapa dia gini? Aku kecewa! Aku sedih! Kembali lagi aku merasakan kegagalan dan api kebencian kembali membara di dalam diriku. Aku pulang!
    Selama perjalanan pulang ke rumah, aku membiarkan air mataku menetes di sepanjang jalan. Kalaupun jalanan tau tentang kesedihanku, mereka tidak akan peduli! Tiada satu orangpun menyayangi aku di dunia ini, termasuk orangtuaku dan sahabatku, mereka membenciku. Itulah sebabnya mereka meninggalkan aku dan membiarkan aku larut dalam kesedihan.  Sesampainya di rumah, aku berpikir mama akan memelukku sejenak dan menenangkan hatiku yang sedang dilanda kegalauan. Tapi apa yang kudapat? Mama begitu saja pergi meninggalkan aku sendiri, “Lolly, mama pergi dulu ya, mama mau rapat penting”
    Astaga sekelam inikah hidupku? Dimana pun aku berada tidak ada yang memperdulikan aku. Kuputuskan mengambil sebuah kertas kecil dari notesku, menulis sebuah catatan kecil dan kuletakkan di atas meja belajarku.

    Untuk Mama..
    Ma.. lolly pamit pergi ya, mama gak perlu tau lolly ada dimana.
    Lolly baik-baik aja, gak usah cari Lolly ya, Ma!


    Aku pergi meninggalkan rumah, aku tak punya arah dan tujuan. Hanya membawa sebuah handphone, dompet, dan notes kecilku tempat aku mengeluarkan impian-impian kecilku dan perasaanku. Dan aku sangat berharap, aku bisa memulai hidup yang baru tanpa siapapun di sampingku walaupun aku harus tinggal di kolong jembatan.
    Sudah 3 hari setelah masa pelarianku, aku merasa tidak ada seorangpun yang mencariku dan menyadari kepergianku. Selama itu juga aku tidak sengaja menemukan dan tinggal di rumah sebuah keluarga sederhana, suasana rumah yang sudah kuimpikan selama 1 setengah tahun. Suasana rumah yang selalu kuidam-idamkan. Keluarga ini sangat sederhana, ada orangtua dan 2 orang anak, orangtua mereka tidak pergi pagi dan pulang subuh, orangtua mereka juga selalu mengawasi anak-anaknya, memeluk anaknya dan membelai anaknya dengan penuh kasih, keluarga yang makan seadanya, dengan berang-barang seadanya, tidak mewah seperti di rumahku. Tapi aku merasakan adanya sinar kebahagiaan terpancar dari wajah kedua anak mereka. Di sinilah aku menyadari, bahwa kasih sayang orangtua adalah harta paling berharga di dunia ini, tidak ada gunanya berlimpah kekayaan tapi miskin kasih sayang. Dan aku sadar hal terpenting adalah cinta, itulah hal utama yang sangat kubutuhkan. Dan inilah sesuatu yang membuat aku semakin miris dan semakin merindukan suasana rumah.
    “Lolly, udah 4 hari kamu tinggal di rumah Tante, apa orangtua kamu gak nyariin kamu?” yanya Ibu dari rumah itu padaku, namanya Tante Rini.
    “Tante benci sama Lolly ya? Lolly gak pernah ada yang nyariin, Tante. Mama sama Papa Lolly udah cerai, makanya Lolly kabur, buktinya 4 hari Lolly pergi gak ada yang nyariin. Gak ada satu orang pun di dunia ini yang suka dan sayang sama Lolly..” air mataku perlahan menetes dari mata ini.
    Tante Rini mengusapnya dengan penuh kasih dan mengelus rambutku dengan perlahan, “Tante gak benci sama kamu, kamu anak baik. Mungkin mereka punya masalah serius, Lolly. Kamu harus percaya sama Tante, mereka pasti nyariin kamu, mereka pasti kangen sama kamu. Sesibuk apapun orangtua pasti mereka selalu sayang sama anaknya. Kamu jangan ngomong gitu lagi, ya, Nak!”
    Mama, Lolly rindu..
    Aku menulis kembali di catatan kecil ku, notes kecil kesayanganku, aku mengeluarkan semua yang ingin kukeluarkan. Coret-coretan tanganku di notes ini menjadi saksi kejamnya dunia kepadaku.
    Sudah 1 minggu setelah aku pergi dari rumah, ntah apa yang terjadi tiba-tiba Mama, Papa, Novi dan Ega berada di hadapanku. Aku serius! Saat aku bangun pagi di rumah Tante Rini, aku dikejutkan sebuah pemandangan yang pernah membuat aku menangis. Spontan Mama dan Papa memelukku, mereka berkata mereka sangat merindukanku, mereka khawatir padaku. Novi dan Ega pun minta maaf dan menjelaskan semua yang sebenarnya terjadi beberapa hari yang lalu.
    “Dari tadi Mama dan Papa sudah ada di sini, Nak. Kami sudah membaca semua catatan kecil kamu, maafkan kami terlalu egois ya, Nak. Kamu jangan pergi lagi, Mama dan Papa menyesal. Kami berjanji akan mengulangi semuanya dan membuat kamu tersenyum seperti dulu” kata Papa sambil memelukku dengan erat.
    Tante Rini adalah dalang dari semua ini, orang yang mengutak-atik handphone-ku saat aku terlelap dalam tangisanku dan mencari nomor telepon orangtuaku. Berjanji bertemu di suatu tempat dan menceritakan semuanya pada mereka, menceritakan semua yang kuceritakan pada Tante Rini kemarin. Memberi tahu pada mereka tentang catatan kecilku. Memberikan mereka kesempatan memasuki rumah sederhana itu, dan memberikan mereka kesempatan untuk memelukku dengan pelukan hangat dan penuh kasih sayang yang kuimpikan dan kuidam-idamkan selama ini.
    “Makasih ya, Tante..” kataku sambil memeluk perempuan itu, perempuan baik yang sudah menolongku dalam situasi kelam dan hancur ini. Wanita yang memberiku semangat dan membantu aku menyelesaikan semuanya.
    Hidupku kembali seperti dulu, aku, Mama, dan Papa, suasana rumah benar-benar kembali seperti dahulu saat aku masih kecil. Suasana yang sudah sempat pudar dan menghilang dalam waktu yang sangat lama. Hubunganku dengan Novi pun kembali membaik setelah Novi dan Ega menjelaskan semuanya. Aku benar-benar bahagia, akhirnya hal yang kunantikan sejak lama kini benar-benar hadir dalam kehidupanku. 

 -END-

Cerita ini hanya dikarang-karang / fiktif belaka, maaf kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat atau bahkan cerita. Nah, jangan lupa meninggalkan jejak di tempat yang tersedia. Oh iya, kamu suka blog saya dan isinya? Klik join this site supaya kamu bisa terus update tulisan terbaru saya. Thanks!!

0 komentar teman-teman :):

Posting Komentar

Halo!
Terimakasih sudah mau membaca blog saya. Semoga Anda suka :) Oh iya kalau mau kasih komentar, kasih komentar yang baik dan membangun ya. Supaya komennya enak dibaca :) Hahaha makasih

 

Anggi Doloksaribu Template by Ipietoon Cute Blog Design