Jumat, 06 September 2013

Menanti Sebuah Jawaban

 
Aku mendapati sebuah diary kecil cantik berukirkan nama seseorang, 'Mia Chrisyabel Gabriela' seseorang yang sempurna berwajah malaikat, tak lain tak bukan adalah sahabatku, ya.. Sahabat yang paling kusayangi. Aku terkagum-kagum saat membaca tiap lembar dari diary kecil yang dituliskan sahabat baikku, setiap cerita
di dalamnya membuat hatiku merasa cemburu melihat indahnya cerita Mia, walau terkadang Mia bisa sampai menangis menuliskan setiap kisah dalam diary mungil ini.
♡​♡​♡​
     Peluhnya bercucuran, sesekali memegang kepalanya, dan sesekali menatapi jam tangannya. Berlari dengan kencang, tampak dari wajahnya, wajah kegelisahan dan ketakutan yang besar.
    "Adiiit!! Maaf ya Mia telat" ucapnya menyesal.
    "Iyaa, gakpapa, gak usah khawatir gitu deh. Aku gak marah kok, aku kan baik bangeettt"
    "Ihhh iyadeh iya"
    Adit dan Mia duduk di sebuah kursi panjang sambil bercanda-gurau menertawai kebodohan mereka berdua. Memang, 2 sahabat ini hampir tidak pernah menggunakan otak mereka bila sedang bersama, main hujan, kejar-kejaran, segala jenis permainan anak kecil tetap dimainkan mereka walau sudah menginjak usia yang cukup besar.
    "Ehmm.. Btw, ini pesanan kamu, Mi!" kata Adit sambil memberikan sebuah keranjang yang tak cukup besar.
    Mata Mia berkunang-kunang, ntah sedih, terharu, atau kegirangan, "Adiiiitt! Kamu baiik bangeeet mau metikin mangga sebanyak ini. Waah!! Makasih ya!!"   
    "Iyaaa uhh, kamu gak mandi ya Mi? Bau bangett!" ledek Adit sambil menyubit pipi lembut Mia.
    "Ih! enak aja kamu ngomong! Yang ada bau badan kamu tuh nguap ke aku, sampe aku jadi ikutan bau kayak kamu"
    "Aku juga bau gara-gara manjat buat kamu tau! Siapa sih yang lagi ngebet pengen mangga? Kayak ibu-ibu hamil aja deh!" Adit kembali menyubit pipi lembut itu.
    Mereka kembali tertawa sambil melahap satu per satu buah mangga yang tersedia di antara mereka. Selain memiliki ketertarikan yang sama, kedua sahabat inipun memiliki kebodohan yang sama. Namun, soal hati.. siapa yang tau?
    "Mia, aku mau nanya.. tapi jawab jujur ya!" Adit memasang wajah paling serius.
    "Kamu bilang apa? Jujur? Ahhh deg-deg-aaaannn!! Apaan?" senyum lebar terlukis di wajah manis itu.
    Suasana hening sejenak, bila sebuah jarum terjatuh di antara mereka, suara benda itu akan nyaring terdengar bila menyentuh daratan. Hanya detak jantung yang terdengar di antara mereka, seolah ada rasa yang ingin segera keluar dari sana.
    "Kamu kentut ya?" kata Adit sembari mengeluarkan bunyi nyaring dari salah satu bagian tubuhnya disertai bau yang agak menyengat.
    "Ahh!!! Adiiiittt! Kamu jorok banget! Mana nuduh aku kentut lagi! Lagu lama tau! Pasti kamu yang kentut kan? Ahh.. gak selera nih makan mangganya" raut wajah Mia menjadi kusut menunjukkan sebuah kekecewaan yang sangat besar.
    "Yaa kamu juga, Mi, serius banget denger aku ngomong. Ihhh!! Kamu juga tuh lagu lama, pake pura-pura ngambek lagi!" Adit kembali menyubit pipi lembut itu, kali ini lebih kuat dari yang sebelumnya.
    "Awww!"     "Renaaa, aku pengen cerita banget sama kamuuu" rengek Mia.
    "Curhat? Kayak kamu punya masalah? Hiiii" ledek Rena.
    "Iyaa nihh, seriusan, kamu mau denger gak sih?"
    "Iya deh iyaa aku dengerin!"
    "Giniii nih, kamu kan tau aku sayang banget sama Adit, aku juga nunggu-nunggu Adit bilang sayang sebelum terlambat. Tapi sampe sekarang.. Apa ini cinta bertepuk sebelah tangan, Ren?"
    "Maybe, tapi apa Adit gak pernah cerita tentang cewek ke kamu? Secara kamu sahabatnya" tanya Rena.
    "Paling cuma bilang si ini cantik terus nanya-nanya juga. Keselnya dia nanyanya ke aku, Ren, udah gitu tiap minggu cewek yang ditanya ganti. Gimana gak kesel coba? Tapi aku nggak ilfeel, aku beneran suka sama Adit"
    "Ya kamu yang sabar aja deh! Aku ngerti kok perasaan kamu gimana. Semoga Adit peka ya, tapi Adit gak pernah bawa cewek kok ke rumah, paling cuma kamu aja, Ren. Di rumah juga dia gakpernah cerita tentang cewek ke aku selain kamu" Rena menenangkan. "Mungkin Adit butuh waktu untuk bilang ke kamu atau mungkin juga dia nunggu waktu yang tepat"
    "Justru waktu yang paling tepat itu udah lewat, Ren"
    "Maksud kamu?"
    "Nggak lupain aja!"
♡​♡​♡​
    "Huuuu!! Payah kamu Dit, masa cuma dapat segini?" teriak Mia.
    "Sabaarrrr Mia, banyak semut tau di sini, makanya kamu temenin aku di atas sini" jawab Adit.
    "Hehehe iyadeh iya aku sabar, bawa rambutan yang banyak ya"
    Seketika titik-titik air jatuh dari langit, membasahi tanah, pepohonan, rumah, Adit dan Mia. Tanpa pikir panjang Adit langsung menuruni pohon, walau licin Adit tidak terjatuh.
    "Miaaa ayoo lari.."
    Sambil menikmati aroma hujan dan airnya yang membasahi badan mereka, mereka berlari kecil sambil bermain-main di tengah hujan. Terkadang mereka berhenti sesaat menikmati air hujan, terkadang mereka melompat di atas lubang yang penuh air, hingga air-air itu muncrat dan membasahi sekitarnya.
    "Ahhhh akhirnya sampe juga di rumah kamu, Dit"
    "Iyaa em, btw aku punya sesuatu loh, Mi."
    "Apaaaaann? Bukan kentut kan? Hihihihi"
    "Bukaaan! Ntar deh tunggu tunggu!" secepat kilat Adit pergi dan kembali membawa sekotak coklat, "ini titipan Kakak buat kamu, Mi. Gitu sampe di sini, kakak langsung ke Jakarta."
    "Waaaahhh coklat banyak banget, makasih banyak ya, Diitttt"
    Sambil menunggu hujan berhenti Adit dan Mia cerita tentang banyak hal, termasuk kuliah dan masa depan. Tentang kehidupan setelah lulus SMA. Hanya sebuah kalimat yang membuat Adit berhenti bertanya, sama seperti hujan yang berhenti membasahi bumi waktu itu.
    "Ntahlah aku gak tau pasti bagaimana aku setelah SMA, yang pasti aku hanya mengikuti jalan Tuhan padaku, terdengar seperti putus asa dan gak punya tujuan hidup ya, Dit?"
    Adit hanya diam tanpa kata, mulutnya bungkam tak tau mau berkata apa.
    ...I know you're somewhere out there, somewhere far away...    "Eh, Dit, aku pulang ya, Mama udah manggil nih"
    Hanya sebuah senyum yang dapat menjawab semuanya.
♡​♡​♡​
    Singkat cerita, mereka berhasil melalui ujian nasional, sekolah pun mengadakan sebuah acara perpisahan yang dinamakan farewell party di salah satu restoran ternama. Suasana haru campur bahagia didapati di sana, termasuk Adit dan Mia.
    "Cantik banget ibu-ibu ngidam hari ini" ledek Adit.
    "Masih aja ngatain ibu-ibu ngidam, huuu!!"
    "Hehehe maaf deh maaf, kamu diet ya Mi? Kok makin kurus aja?"
    "Nggak ada yang dieeet!"
    Bernyanyi, tertawa, cerita, semuanya terjadi begitu singkat di pesta perpisahan itu. Suasana akhir terlihat haru disertai isakan tangis perpisahan, foto bersama dan segala hal indah terekam di sana.
    "Berat ya ngelepas masa SMA, Dit.." ucap Mia perlahan di atas mobil Adit yang diparkirkan di trotoar jalan. Kendaraan yang berlalu-lalang saat itu dapat dihitung jari.
    "Tapi setelah itu kan ada masa lain yang lebih indah, percaya deh! Kamu jadi lanjut kemana, Mi?" tanya Adit.
    "Aku juga nggak tau kemana aku setelah ini, gimana aku setelah ini, kamu lihat aja nanti, Dit"
    "Tapi aku mau ngomong.. Kali ini serius, bukan kentut ataupun yang lain.."
    "Apa?"
    "Aku suka kamu, aku sayang kamuuu. Ada pertanyaan?" sementara Mia hanya bengong, "Maaf Mi, aku nggak tau mau bilang apa ke kamu.. Cuma kamu pasti tau tujuan aku ngomong gitu.. Jadi aku gak perlu jelasin kan?"
    "Hahahahhaahahaha uhuk...uhuk.." Mia tertawa terlalu bahagia sampai meneteskan air mata "Maaf aku ketawa, tapi makasih ya Dit, aku cuma gak nyangka. Aku belum bisa jawab sekarang, aku mungkin akan membiarkan kamu menunggu waktu menjawab semuanya."
    "Waktu? Kamu nunggu waktu yang tepat untuk jawab itu, Mi?"
    "Ntahlah.. Tapi suatu saat nanti mungkin kita gak bisa ketemu, ada saatnya jarak memisahkan kita" ucapnya perlahan.
    "Iya aku tau, tapi kamu harus ingat, Mi. Walaupun kita jauh kita masih bisa lihat bulan yang sama. Kalau kamu rindu, ingat titipkan pesan rindu kamu melalui bulan.."
    Hari demi hari berlalu..
    Mia dan Adit menjalani harinya masing-masing, tanpa ada kata bersama seperti dahulu. Menjalani hidup masing-masing, Adit mulai sibuk dengan kuliahnya, dan Mia sibuk kemoterapi demi menyembuhkan sebuah penyakit mematikan, kanker darah. Alasan mengapa Mia tidak kuliah, dan belum menjawab pertanyaan Adit berbulan-bulan yang lalu. Ya, walau terpisah oleh jarak, tapi Adit tetap menanti sebuah jawaban dari bibir perempuan yang sedang berjuang melawan penyakit. Memang sudah sedikit peluang baginya untuk bisa bertahan, tubuh itu semakin kurus, rambut yang dulunya terurai indah kini sudah mulai menipis. Sampai sekarang, Adit tidak mengetahui nasib malang Mia yang sedang berjuang.. Hanya Rena..
    "Adit udah tau Mia sakit, tapi Adit gak pernah tau Mia lagi kemo dan dirawat kayak gini.."
    "Tapi Mia, Adit lagi di sini, Adit udah balik dari Jakarta dan nyari-nyari kamu" jelas Rena khawatir
    "Pleaseeeee Rena jangan kasih tau Adit ya, Mia gak pengen Adit khawatir."
    Rena pergi meninggalkannya sendiri tanpa kata iya. Hanya kekhawatiran yang timbul di dalam hatinya. Ia tidak pernah bisa membayangkan bagaimana bila Adit tau kenyataan yang sebenarnya.
    Suatu kali Adit mengikuti Rena saat Rena pergi menuju rumah sakit dimana Mia dirawat, saat itu keadaan Mia sudah semakin parah, tak sanggup lagi melangkahkan kakiknya. Mungkin hanya menunggu jantungnya berhenti berdetak, dan menunggu saat dimana tak mampu menghirup udara lagi.
    "Mia.." suara Adit yang begitu pelan tak mampu berkata-kata, terdiam melihat kondisi sahabat yang sangat disayanginya menahan rasa sakit dan berjuang melawan penyakit seorang diri. "Andai kamu cerita dari awal.. pasti.. pasti.. pasti aku nggak akan pergi Mi" air mata mengucur deras membasahi pipi itu, pertama kalinya Mia dan Rena melihat Adit menangis dalam kesedihan yang begitu mendalam.
    "Maaf, Dit.."
    "Setiap hari aku rindu kamu, setiap malam aku menyisihkan waktuku berjam-jam memandang bulan dan menyampaikan pesan rinduku untuk kamu, Mi. Setiap detik pun aku masih berusaha untuk pulang dan bertemu kamu dalam keadaan paling baik. Inikah keadaan itu? Inikah keadaan yang terbaik itu? Mia andai kamu cerita dari awal"
    "Adit.."
    Hanya isak tangis yang terdengar.

    Adit mendorong sebuah kursi roda yang diduduki sahabatnya Mia, dengan penuh ketulusan ia mendorong kursi sambil memegang selang infus. Tertawa kembali seperti dulu, cerita banyak hal tentang kehidupan barunya.
    "Tanpa kamu.. semua garing, Mi!" Adit memeluk lembut gadis itu. "Dan separah apapun keadaan kamu aku masih tetep suka, kamu tetep cantik kayak dulu, hanya aja kali ini rambut kamu udah pergi hihihi.." goda Adit.
    "Huuu rese!"
♡​♡​♡​
    Mia terjatuh di ujung jalan, kursi rodanya terus melaju meninggalkannya tergeletak di jalan, dari sisi lain terlihat sebuah mobil melaju kencang melewati Mia, hampir saja menabraknya yang masih tergeletak di jalanan, tak mampu berdiri dan bergerak. Tampak dari kejauhan seseorang berlari, "Miaaaa..."
    "Adit?" katanya perlahan.
    Mobil itu semakin kencang, menuju seseorang dari kejauhan yang ingin menghampirinya.
    "Buaaaaaaaarrrrrrrrr" suara antukan besar terdengar dari sana, petir bergemuruh.
    Air mata Mia mengucur deras saat ia melihat orang yang baru saja ditabrak adalah Adit.
    "Adiiiiiiiiiiiiiiiit..."

    "Adiiiit.. Adiiit.." badan Mia seolah menggelepar bagai sebuah ikan yang sedang terdampar di tepi pantai, sampai-sampai keringat membasahi wajahnya.
    "Mia.. kamu kenapa? bangun Mia.." kata Mamanya khawatir, begitu pula Rena yang duduk di sampingnya menjaganya saat tertidur.
    "Adit dimana? Aku mimpi Adit, Ma. Rena.. Adit kecelakaan?" tanyanya polos.
    "Nggak kok, kamu cuma mimpi. Adit baru aja mau ke sini. Kamu tenang ya.. Ntar juga sampe kok."
    Seseorang terdengar seperti membuka pintu, "Mia.."
    "Tuh kan.. Adit nggakpapa" Rena meyakinkannya kembali.
    Mia tersenyum. Adit kembali mengajak Mia jalan-jalan di sekitar rumah sakit, dengan bantuan kursi roda tentunya. Tapi kali ini nggak ada mangga, hanya mereka berdua bersama menikmati indahnya angin sore yang berhembus.
    "Aku tadi mimpi kamu, Dit. Di dalam mimpiku kamu kecelakaan.. Aku takuuuut banget"
    "Jangan takut" katanya sambil membelai lembut kepala Mia.
    "Lagipula aku semakin takut pisah sama kamu, Dit."
    "Jangan takut, aku gak pernah ninggalin kamu, Mi" katanya sambil membelai lembut pipinya.
    Mengitari rumah sakit bersama, bersama sepanjang waktu, menunggu matahari sembunyi.
    "Aku balik dulu ya.. Oh iya jawaban pertanyaan ku berbulan-bulan yang lalu aku tunggu nanti ya, aku yakin pasti waktu jawabnya hari ini"
    Adit pulang, Mia tertegun sambil memandangi bulan yang bersinar di antara bintang, menyampaikan pesan-pesan yang ada di hatinya, mengingat kembali semua yang pernah terjadi di antara mereka. Kisah 2 sahabat gila yang selalu bersama melakukan hal-hal gila, mulai dari ngidam mangga, rambutan, hujan dan berbagai hal lainnya. Ntah mengapa sirine ambulans terdengar nyaring di telinganya. Tanpa sengaja Rena masuk ke ruangan Mia dengan tangisan yang begitu haru sambil menyebut nama Adit.
    "Adit? Adit kenapa? Kenapa?" tanya Mia khawatir.
    "Adit.. Adit.. kecelakaan, Mia."
    Tanpa pikir panjang Mia melepas infus yang ada di tangannya sambil menangis, jatuh dari tempat tidur dan merangkak menuju ruangan Adit. Seperti anak bayi yang baru lahir, Mia berusaha bangkit dan terjatuh lagi, hingga sampai di tempat yang ingin dimasukinya, Adit terbaring lemah di sana.
    "Adiiiiiiiitttt" suara itu sangat pelan, tenggelam bersama tangisan yang begitu dahsyat. "Adit.. aku juga sayang sama kamu! Kamu benar, waktu menjawab semuanya hari ini, menjawab semua ketidakpastian dan menjawab semua keganjalan dalam hati kamu. Maaf Dit.. Maaf aku udah buat kamu nunggu. Aku sayang kamu, Dit!" katanya sambil menggenggam tangan itu, tangan yang sama-sama lemah dan pucat bersatu malam itu.
    "Makasih Mia.. A.. aku.. sa..yang.. ka..ka..mu!"
    Tak lama setelah itu, mereka berdua sama-sama terbaring kaku dengan tangan yang bersatu, sukar untuk dilepas dan dipisahkan, sama seperti rasa cinta yang tumbuh di antara mereka, sukar untuk hilang. Bermula dari kisah sahabat, dan berakhir sebagai seorang sahabat yang sudah menyatukan hatinya di akhir hidupnya.    
♡​♡​

4 komentar teman-teman :):

  1. asli keren banget...
    klo ada waktu coba nonton film yang juduknya notebook, endingnya mirip sama cerita adit dan mia.
    di tunggu cerita-cerita berikutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya,waahh okedeh nanti ditonton:D baca cerita yang lain juga ya :) sekali lagi, makasih.

      Hapus
  2. interesting articles and commentaries friend, I became interested in reading, I introduce a new blogger from Indonesia origin. greetings

    BalasHapus

Halo!
Terimakasih sudah mau membaca blog saya. Semoga Anda suka :) Oh iya kalau mau kasih komentar, kasih komentar yang baik dan membangun ya. Supaya komennya enak dibaca :) Hahaha makasih

 

Anggi Doloksaribu Template by Ipietoon Cute Blog Design