Namaku Nata, aku remaja 16
tahun. Aku masih kelas 2 SMA. Kata orang, ketika kau ada di kelas 2 SMA,
puas-puasin, disana bisa bercanda, dan berpacaran layaknya remaja biasa.
Bagiku? Biasa saja. Aku menjadi seorang yang sangat biasa, maksudnya belajar
dan belajar. Berbeda dengan orang di sekitarku.
Seperti Chia sahabatku. Hidup kami sangat berbeda, maksudnya, dia adalah orang yang lebih mementingkan 'pacaran' 'hangout' dan meminimkan belajar, sedangkan aku kebalikannya. Namun begitu, dia tetap sahabatku.
Seperti Chia sahabatku. Hidup kami sangat berbeda, maksudnya, dia adalah orang yang lebih mementingkan 'pacaran' 'hangout' dan meminimkan belajar, sedangkan aku kebalikannya. Namun begitu, dia tetap sahabatku.
***
Siang itu Chia pulang dengan
pacarnya, Ryan. Dia meninggalkan ku. Tak apalah. Aku memutuskan untuk menunggu
ada taxi yang lewat di depan sekolah. Kebetulan, mama dan papa sedang di luar
kota. Aku sendiri. Sangat sepi ketika orang di rumahmu pergi, dan sahabatmu
pergi dengan pacarnya. Itulah yang kurasakan saat ini.
"Halo" seseorang
menyapaku.
"Halo" jawabku dingin.
Dia seorang pria. Oh. Aku tak peduli.
"Namaku Dio, aku murid baru
kelas XI IPA 3. Kamu?" katanya sambil menyodorkan tangannya.
Oh dia murid baru, berarti dia
yang kemarin diceritakan Chia padaku, dia cukup ganteng..Uh.. Eh.. Lantas? Ada
urusan apa dia denganku? Tapi kenapa aku gak pernah liat ya? Ini kan sudah
seminggu setelah libur semester a.k.a kenaikan kelas.
"Kok melamun? Tanganku
bersih kok, mungkin ada kumannya tapi sedikit lah" katanya sambil
tersenyum.
"Ohh maaf, namaku Natasya
Angel. Panggil aja Nata" kataku sambil membalas salamnya. "Ohh iya,
aku kelas XI IPA 2. Uhh.. pantas aku gak pernah lihat kamu, murid baru ternyata"
"Apa? Gak pernah lihat?
Yaampun, padahal di sekolah ini semua ngelirik aku loh. Katanya aku
ganteng" katanya pede.
Yaampun apa-apaan sih nih anak.
Baru kenal juga pedenya udah selangit. Emang sih dia ganteng dan manis. Tapi
nggak usah gitu juga kali ya. Emang aku bilang dia ganteng?
"Oh.. hehehe"
Perkenalan singkat yang cukup
garing dan biasa aja sama murid baru kelas tetangga. Untung saja taxi datang
setelah kami bercakap-cakap. Kadang aku agak grogi ngomong sama orang seperti
itu.
***
Pagi itu berbeda, bedanya dari
biasa aku terlambat. Ini nggak biasa terjadi dalam hidupku selama aku sekolah
di sini. Heran deh. Kenapa sih tadi jalan harus macet ditambah lagi aku yang
bangun kesiangan. Aku memang lembur mengerjakan LKS Fisika, tapi kenapa harus
kesiangan.
Untung aku tak sendirian. Hey..
siapa dia?
"Halo Nata!" sapanya.
"Eh Dio bikin kaget aja
deh! Kok telat sih?" aku agak peduli.
"Aku kesiangan tadi
hehehe.."
"Ohh.." kataku
singkat.
Guru BP datang, padahal ini
pertama kalinya aku datang terlambat, tapi kenapa aku harus dihukum nyapu
halaman sekolah? Memang sih ada temen, Dio. Yahh, sabar-sabar aja deh.
"Em.. Nat.." kata Dio
"Apaan?" jawabku
sambil menyapu.
"Nanti pulang bareng yuk. Sekalian
temenin aku ke.. Berry sebentar" katanya.
Eh apa-apaan ngajak pulang
bareng, malah singgah ke Berry lagi. Apa-apaan anak cowo nongkrongnya di Berry,
toko boneka? "Ngapain ke Berry?" tanyaku.
"Adikku ulang tahun,
namanya Cindy. Aku pernah janji mau beliin dia boneka pas ulang tahun, makanya
aku ngajak kamu. Aku gak ngerti selera cewe, Nat."
"Tapi kan adik kamu masih
kecil. Emang seleraku sama anak kecil sama apa?" kataku. Aduh.. Apa dia
menyamakan aku dengan anak kecil? Atau ini hanya modus saja supaya dia bisa
jalan samaku? Ngedate? Oh tidak. Sungguh aku masih trauma dengan kejadian
dengan pacar pertamaku. Ini sangat mirip dengan pdkt pertama kali yang
dibuatnya padaku. Semoga ini tidak sama.
"Aku percaya sama selera
mu, Nat. Nanti pulang sekolah aku tunggu di gerbang ya" katanya
meyakinkan.
Ohh baik asalah.. Pikirku sambil
menganggukkan kepala.
Hukuman terlewat begitu saja.
Tak terasa sekali sudah selesai, dan tak terasa halaman sudah bersih, sangat
bersih malahan. Memang capek tapi tak apalah.
Aku dan Chia pergi ke kantin.
Chia lapar, dia jarang pergi sama Ryan kalau di sekolah. Dia tak tega
meninggalkan ku sendiri. Atau kadang kami ke kantin bertiga, dan tentu saja aku
jadi obat nyamuk, atau orang ketiga di antara mereka.
"Nat.. Nanti pulang bareng
yuk?" ajaknya sambil menelan mi goreng nya.
"Gue nggak bisa, Chi"
kataku.
"Lohh.. Kenapa?" dia
heran, memang tak biasa aku menolak pulang dengannya. Kecuali aku ada kerja
kelompok atau belajar dengan Klub IPA sekolah.
"Gue mau pergi sama Dio
nanti. Dio.. murid baru yang sering lo ceritain" kataku.
Chia keselek. "Uhuk... Apa?
Di..di..dio? Cieeee!!! Natasyaaaa" katanya dengan suara keras sekali, dan
tentu saja semua orang di kantin melihat ke arah kami.
"Eh jangan bikin malu dong
ah!!" kataku.
"Yaa lo sih Nat, gak pernah
cerita ke gue kalo lo lagi pdkt sama Dio! Lupa sama gue lo ya! Eh tapi bagus
deh, akhirnya lo bisa beneran move on dari Rangga." ledeknya.
"Gak pdkt gilak! Gue cuma
nemenin dia beli hadiah buat adiknya" jelasku.
"Halaah! Tanda-tanda mau
jadian nih!" ledeknya dan pipiku pun memerah.
***
Kriiiiiinggg...
Dio mana ya.. Katanya di gerbang
sekolah, tapi yang gak kelihatan dia. Panaas nih Dio. Muncul dong..
"Halo Natasya. Kok celingak
celinguk? Aku disini kok. Kangen ya?" Dio mengagetkan dengan kata-kata dan
klakson motornya.
"Eh.. Pedean banget
sih"
"Hehehe.. Ayo naik"
Selama perjalanan kami ngobrol
banyak, tentang Dio, dan tentangku. Ternyata kami nyambung, banyak hal yang
mirip dari kami. Seperti Bruno Mars, Es krim coklat, kebiasaan-kebiasaan,
bahkan pelajaran yang kami sukai sama. Sangat kebetulan. Sekilas, dia orang
yang benar-benar ramah, baik, dan sangat dewasa. Tapi ntah kenapa sifat yang
dibawanya di sekolah, dingin dan pendiam. Aku yakin, itulah yang membuat banyak
perempuan suka padanya. Dia memang sosok yang cukup sempurna.
Setelah kami membeli boneka
untuk adiknya, kami pergi ke café Vanilla. Tempat itu biasanya tempat makan
para couple. Tapi kami tidak. Aku heran, kenapa dia ngajak aku kesini, padahal
masih ada yang lain.
"Pesen apa?" katanya.
"Aku es krim coklat aja
deh. Aku gak lapar soalnya" kataku.
"Nanti sakitloh" dia
seolah meyakinkan ku kalau aku harus makan atau aku akan sakit. Hahaha gak
mempan.
Aku menggeleng.
"Yaudah, kalo kamu mesennya
itu, aku juga mesen itu ya" katanya.
Kenapa dia jadi bergantung
padaku? Kalo mau makan gak usah mikirin aku, aku masih kenyang tau. Tapi ya
sudahlah.
Kami berbicara banyak hal sambil
menghabiskan es krim coklat kami. Akhirnya kami saling tau banyak hal. Aku tau
Dio sangat menyukai Real Madrid, Bruno Mars dan Maroon 5. Dan tentunya dia
datang ke konser Bruno Mars beberapa tahun yang lalu di Jakarta. Memang banyak
kemiripan di antara kami, mulai dari makanan, artis, dan hobi. Bahkan, hari
ulang tahun kami jatuh di hari, tanggal, bulan, dan tahun yang sama. Kalau
jamnya, Dio 2 jam lebih awal daripada aku. Aku nyaman berbicara dengannya. Dia
beda dengan Rangga.
Dio mengantarku pulang. Begitu
sampai di rumah, ia mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang, terbungkus rapi
dengan pita merah jambu yang sangat manis, sepertinya sudah disediakan dari
kemarin atau ntah kapan aku tak mengerti.
"Ini buat kamu, Nat"
katanya sambil menyodorkan sebuah kotak.
"Eh.. Apa ini?" kataku
kaget.
"Ambil aja, anggap aja ini
ucapan terimakasih karena udah nemenin aku nyari hadiah buat Cindy tadi, tapi
jangan dibuka dulu ya. Bukanya besok pagi aja" katanya.
Aku bingung.. Tapi aku mengambil
hadiah itu. Karena dia memaksa, lagipula Mama bilang, tidak boleh menolak
pemberian orang lain kepada kita. Makanya aku menerimanya.
"Tapi janji ya.. Bukanya
besok jangan sekarang. Aku pulang ya Nat"
"Oke..Hati-hati
ya.."
-To be continued-
Sekian dulu cerita ku hari ini. Next time disambung lagiii ya. Tunggu aja ya...
Sambungannya coming soon! Hahaha :D
bagus nggi,,
BalasHapusenak ceritanya
:D
Makasih nancy! :)
BalasHapussama sama nggi
Hapus:D