Rabu, 27 November 2013

Midnight, Bulan dan Bintang

            ”Pernah lihat bulan tanpa bintang?” tanya Nico sambil menatap wajahku.
            “Nggak tuh..” jawabku singkat
            “Mau lilhat?”
Aku mengangguk, “emang ada ya?”
“Ada. Kamu lihat aja aku tanpa kamu, persis seperti bulan tanpa bintang. Sepi dan lemah..” katanya sambil menatap dalam mataku. Sementara aku hanya tertawa
             Menghabiskan setiap malam bersama di bawah bulan dan bintang. Setiap malam menghitung bintang bersama, sampai bintang ke-10, hitunganku selalu gagal..

         “Payah kamu, Ngel. Ngitung bintang aja nggak bisa!” ledeknya sambil menyenggol aku dengan sikunya.
            “Lagipula kamu, mana ada orang yang bisa ngitung bintang” balasku sambil tersenyum.
Setiap hari begitu indah denganmu.. Ya.. midnight, saat dimana kita selalu bersama. Menghabiskan waktu di bawah bulan dan bintang, bersama-sama melakukan hal yang mustahil, menghitung dan menghitung.
“Angeeel! Dari mana saja kamu baru pulang jam segini? Apa kamu lupa kalau kamu perempuan?” bentak Mama. Mama selalu khawatir dengan keadaanku, aku memang anak semata wayang dan aku perempuan, tapi haruskah sekhawatir itu dengan keadaanku?
“Angel kan cuma duduk di depan pagar, Ma. Lagipula Angel sama Nico, Mama gak perlu khawatir” jawabku menenangkan Mama.
“Jawaban kamu selalu begitu!”
Benar, Ma. Hanya itu jawaban yang bisa kukeluarkan dari mulutku, hanya itu. Tidak ada yang lain. Semua itu benar, aku hanya duduk di depan pagar sambil menghitung bintang, bukan yang lain.
***
           “1…2…3…4…5… mana yang keenam? Uh.. aku gagal lagi”
           “Hai! Kamu sudah di sini? Cepat sekali, baru jam 8 kamu sudah begini”
           “Aku pengen ngitung bintang, supaya kamu tau aku bisa!”
      “Ya kalau yang dihitung sebanyak ini.. apa yakin kamu bisa?” katanya sambil mengusap lembut kepalaku.
          Aku hanya membalas dengan senyuman dan sedikit tertawa.
       Nico itu tentanggaku, tidak lama lagi dia akan pergi. Nico sudah kelas 3 SMA dan ia bercita-cita  menjadi seorang ahli astronomi. Terhitung sejak Nico kelas 1 SMP, dan aku kelas 5 SD, Nico sudah bermimpi menjadi ahli astronomi.
         “Aku harus masuk ITB nanti, kuliah S-1 dan kalau ada kesempatan aku pasti melanjut di luar negeri, kamu doain aku ya adik kecil..”
          Ya. Tidak. Ya. Tidak. Ya. Hey, aku tidak boleh egois! Aku pun harus melanjutkan cita-citaku, farmasi dan farmasi. Boleh aku susul kamu nanti, Nic? Aku ingin menghabiskan malam di bawah bintang bersamamu, seperti sekarang dan dulu…
           “Kamu juga optimis ya masuk farmasi.” Nico kembali mengusap lembut kepalaku.
           “Minta sama bintang jatuh aja, Nic”
       Sementara Nico tersenyum, mungkin dia kaget, zaman canggih seperti ini, masih ada orang yang percaya bahwa bintang jatuh bisa mengabulkan permintaan. Aku juga tak mengerti mengapa aku sebodoh ini. Aku juga ingin selalu melihat bintang karena aku penasaran, bagaimana sebenarnya wujud bintang jatuh?  Nico bilang bintang jatuh indah, tapi itu hanya di film yang pernah ia tonton, tapi secara langsung ia belum pernah melihatnya. Sama seperti aku. Itulah mengapa kami selalu setia menunggu bintang jatuh, bersama-sama.
***
          “Ma, Angel pergi dulu ya..”
          “Mau kemana jam segini? Sudah jam 5 baru mau pergi, pulang jam berapa lagi, Angel??”
          “Mau lihat bintang, Ma. Mama gak usah khawatir, Angel baik-baik aja, pasti. Ada Nico kok, Ma.”
          “Kamu ini!”
          Aku pergi tanpanya..
         Berjalan sendiri ke bukit, menunggu bulan datang, dan melihat bagaimana sebenarnya bintang muncul di langit. Aku tak sempat menghubunginya, aku tidak ingin mengganggunya, sebentar lagi sudah UN, dan Nico harus belajar dan harus lulus!

      “Ya ampun.. Sudah jam 7, kemana bulan dan bintang? Mengapa bulan hanya muncul setengah? Mengapa tidak muncul seutuhnya? Kemana bintang pergi? Satupun tidak ada di langit. Apa mereka mulai membenciku?” kataku sambil menangis sendiri di atas bukit. Sudah lama aku menunggu.. tapi dimana bintang? Kemana mereka pergi? 
          “Mengapa bintangku menangis? Ayolah... jangan membuat wajahmu jelek” 
          Aku mengangkat kepalaku dan melihat siapa dia.. “Kamu tau aku di sini?” tanyaku polos.
         “Ya, pasti aku tau, dimana lagi kamu melihat bintang selain di sini dan di depan rumah? Ngapain kamu sendiri di sini? Kalau kamu kenapa-napa gimana? Kenapa gak ngajak aku? Kamu mau lihat bulan tanpa bintang??” tanya Nico.
           Mulutku tetap bungkam…
           “Angel.. kamu ngapain di sini sendirian?”
           “Aku hanya ingin melihat bagaimana bulan dan bintang datang menghiasi langit. Dan aku… aku hanya ingin melihat bintang jatuh. Kupikir ia akan datang malam ini, ternyata tidak. Bahkan bintang pun enggan menemani bulan malam ini. Mungkin mereka mulai membenci aku, dan mereka mulai enggan menunjukkan wujudnya di depanku” air mataku kembali menetes.
          “Semua indah pada waktunya, Angel. Bukannya mereka membenci kamu, tapi mereka takut keluar malam ini. Jadi kamu sudah tau bagaimana bulan tanpa bintang?”
            Aku mengangguk.
            “Kamu mau melihat hal ini terulang kembali?”
            Aku menggelengkan kepalaku sambil menunduk.
            “Makanya jangan pernah pergi tanpa aku..” katanya sambil memelukku.
***
           Dingin.. secangkir coklat panas dan Nico. Malam terakhir kami menghabiskan waktu  bersama. Nico bilang, besok dia harus ke Bandung. Berjuang demi cita-citanya selama ini. Dan aku juga harus berjuang 2 tahun tanpa Nico. Semua indah pada waktunya.. ya.. Nico benar, aku juga berharap aku bisa menyusulnya, nanti.

           Tuhan… jangan biarkan malam ini berakhir.
           Menangis dan menangis lagi..
                
           “Kenapa, Ngel? Kenapa sih akhir-akhir ini kamu sering nangis?”
            Aku takut berpisah dengan kamu, bodoh! “Aku nggak nangis, aku kelilipan!”
           “Sampai kapan kita di sini, Ngel?”
            Sampai aku rela kamu pergi ke Bandung. “Sampai kapan? aku juga nggak tau, Nic.”
            Sementara Nico hanya tersenyum.
         Nggak ada jawaban lain selain tersenyum? Tolonglah, sekali saja jangan tersenyum. Aku yakin ada beribu-ribu kata tersimpan dalam memori otaknya, tapi mengapa hanya senyum yang menjadi balasan dari setiap ocehanku? Apa Nico amnesia? Gak. Gak. Pikiranku terlalu dangkal. Uh.

           “Kalau aku pergi, kamu masih mau lihat bulan dan bintang setiap malam?”
           Mungkin tidak, aku tidak bisa sendiri tanpa kamu! “Ntahlah, aku sendiri gak tau, Nic.”
           “Kamu besok ikut ngantar aku?”
          Aku pengin, tapi aku nggak bisa. “Aku nggak bisa deh kayaknya, Mama pasti marah kalau aku nggak sekolah, besok. Maaf ya, Nic.”
        “Nggak masalah kok, Ngel. Kamu doain aku terus ya!” Nico mulai menatapku, dan aku mulai salah tingkah.
          “Pasti..” jawabku singkat sambil menatap langit, aku takut menatap wajahnya.
          “Doain aku jangan sama bintang jatuh ya, adik kecil..”
          “Iya, Nic. Aku tau kok, bintang selamanya jadi bintang. Bintang bukan tempat kita meminta kan? Tapi aku masih menunggu bintang jatuh, aku hanya ingin melihat bagaimana dia jatuh.. dan melihat bagaimana wujud aslinya.”
          Nico kembali tersenyum..
               
      Cepatnya malam ini berakhir, sama seperti secangkir coklat panas yang ada di antara kita, hanya beberapa saat sudah habis. Aku dan Nico harus istirahat, kalau tidak, mungkin aku akan sakit, Nico akan kesiangan dan keberangkatan Nico pun akan ditunda. Nico gak boleh ketinggalan pesawat. Ya, Nico masih harus pergi ke Medan, dan dia harus menghindari macet supaya sampai tepat waktu di Bandara.
***
                Bintang malam sampaikan padanya…
                Aku ingin melukis sinarmu, di hatinya.
               
         “Angeeel!!!”
         Baru saja aku bernyanyi, Mama sudah memanggilku saja.
         “Iya Ma, iya sebentar..”
         Sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi… aku harus cepat. “Ada apa, Ma?”
         “Ini ada kiriman. Nyampenya tadi siang, dan Mama baru ingat ngasih ini ke kamu.”
         “Iya iya, makasih ya, Ma”

        Sebuah boneka dari Bandung, boneka beruang besar sedang memeluk bulan sabit dan sebuah bintang. Cantiknya boneka ini.

Bandung, 9 September 2010

Apa kabar bintangku saat ini?
Kamu nggak pernah nangis lagi kan?
Kamu sehat kan? Kamu baik-baik aja kan?
Aku rindu kamu… akhir-akhir ini aku sering memikirkan kamu.
Sudah 2 tahun kita tidak bertemu. Ntah mengapa saat aku kembali, kau tak ada di sana. Apakah bintang mulai membenciku? Apakah bintang enggan bertemu denganku?
 Malamku tak seindah dulu..
Malamku tak seramai dulu..
Malamku tak secerah dulu..
Tanpa bintang, aku tak mampu bersinar.
Tanpa bintang, aku tak mampu berdiri sendiri.
Tapi aku tau, bila aku ingin bersama bintang, aku harus berjuang supaya aku bisa kembali dan bersinar bersama bintang.
Aku tanpa kamu bagai bulan tanpa bintang…
Aku tanpa kamu… tak seindah dulu.
Apa kamu masih pernah menghabiskan waktumu bersama bulan dan bintang?
Apa malam itu terasa indah?
Apa malam itu masih sama seperti dulu?
Apa kamu sudah berhasil menghitung bintang?
Kamu ingat malam terakhir itu? Midnight, bulan dan bintang.
Kamu masih ingat tangisan di bukit? Saat seorang yang kusayangi menangis di pelukanku, ia tak menemukan apa yang diinginkannya saat itu. Aku juga ingin menangis saat ini, ntah di pelukan siapa aku sendiri tidak tau.
Ya ampun… aku terlalu lemah tanpa kamu. Ajaib aku bisa bertahan sampai saat ini. Bagaimana studimu, Angel? Bagaimana harimu, Angel? Indahkah tanpa aku? Oh iya, bagaimana? Apa kamu sudah bertemu bintang jatuh?
Angel, kemarin, aku menemukan boneka yang ada padamu saat ini, bintang dan bulannya bersatu. Dan lihatlah mereka sedang tersenyum. Walau aku tidak tau kamu menyukainya atau tidak, tapi anggap saja aku sedang bersamamu setiap kali kamu melihat boneka itu.
Angel sayangku… apa kamu masih ingat menyebut namaku dalam setiap doamu? Angel sayangku, apa kamu masih ingat bagaimana wajahku dan suaraku? Apa kamu ingat senyumanku? Senyuman yang selalu kuberikan padamu setiap kali kamu berbicara. Aku bingung menjawab kata-kata itu. Kamu terlalu lugu dan polos, aku takut salah bicara dan menyakiti perasaanmu, itulah alasan mengapa aku selalu tersenyum membalas semua kata-katamu.
Suratku terlalu panjang ya? Hehehe.. itu karena aku terlalu rindu sama kamu. Oh iya, bulan depan kamu ulang tahun kan? Kamu, aku.. dan kita. Ya, kita ulang tahun Angel, bulan depan 9 Oktober.. aku tak yakin bisa pulang saat itu. Maaf ya.. tapi kalau kamu mau, datang saja ke bukit pada tanggal itu, aku rasa kamu tau jam berapa kamu harus kesana. Ada sesuatu yang benar-benar kamu inginkan di sana. Dan aku tidak bisa menemani kamu. Maaf lagi ya, Ngel. Aku rasa ini cukup.
Selamat 1 bulan sebelum ulang tahun kita, Angel Bintang Alana.. aku menyayangimu. Sampai bertemu lagi bintangku. Jangan menangis lagi ya. Ingat.. semua indah pada waktunya.
Salam sayang,
Nico Alfian

       Sekarang giliranku tersenyum, hanya senyum yang bisa kusampaikan saat ini. Aku terlalu bahagia menerima semua ini. Walau ulang tahun kali ini akan kulalui tanpa Nico. Dengan atau tanpa Nico aku harus semangat. Semangat meraih cita dan cinta. Aku harus belajar serius, aku harus menyusulnya dan melanjutkan studiku. Ya. Semua tahap itu harus kulalui bila aku ingin sukses dan bahagia.

Pematangsiantar, 14 Septemeber 2010
Aku baik-baik saja. Aku tidak pernah menangis lagi, Nico. Tenang, aku tidak secengeng dulu. Sebentar lagi aku 17 tahun, masa aku tetap cengeng? Maaf, saat kamu datang, aku sedang pergi. Saat itu aku sedang bersama Mama dan Papa. Bukannya aku enggan bertemu denganmu, ataupun membencimu. Bahkan sebenarnya, aku sangat merindukanmu. Kamu kan tau Papa terlalu sibuk dan terlalu sering ke luar kota, makanya aku tidak bisa menolak bila diajak Papa pergi. Aku juga tidak pernah lupa menyebut namamu di setiap doaku, namamu Nico Alfian kan? Aku selalu ingat kok, kamu juga jangan lupa menyebut namaku di setiap doamu, jangan lupa gereja juga, Nic.
Soal menghitung bintang ya? Kalau itu, aku sudah menyerah;( aku tidak pernah berhasil menghitung bintang. Dengan atau tanpa kamu aku selalu gagal. Mereka terlalu banyak dan aku hanya sendiri. Hanya Tuhan yang tau berapa banyak bintang yang menghiasi langit.
Oh iya... semua itu masih terekam jelas di benakku, pertama kalinya aku menangis di pelukan itu. Maaf ya, aku pernah mengotori bahumu dengan air mataku. Aku janji.. aku akan berusaha untuk menjadi orang yang lebih tegar dari kemarin. Selamat 1 bulan sebelum ulang tahun kamu, aku dan kita ya, Nico. Walau ulang tahunku tanpa kamu (lagi), yang penting kita masih bisa merayakannya bersama. Merayakannya bersama di bawah bulan dan bintang. Kita masih melihat bulan dan bintang yang sama kan? Iya, semua indah pada waktunya. Dan pertemuan kita suatu saat nanti, adalah waktu yang sangaaaat indah! Sudah dulu ya, Nico. Kamu tetap semangat kuliah ya. Sampai bertemu lagi…
                   Salam sayang,
Angel Bintang Alana

***
          Astaga.. sudah jam 9. “Ma, Angel pergi dulu ya! Angel cuma sebentar kok”
          “Kemana? Ke bukit??” 
        “Iya, Ma. Boleh ya,please. Gak lama kok, ada yang mau aku lihat di sana. Hadiah sweet seventeen yang sangat spesial” mataku berbinar-binar. 
          “Iya, ingat jangan terlalu lama” Mama tersenyum.

        Aku langsung berlari ke bukit, tidak ada angkot jam segini. Mau tak mau aku harus rela keringatan demi hadiah itu. Ya. Aku sudah tidak sabar lagi. Aku sangat sangat ingin melihat hadiah itu. Seperti apa ya wujudnya ya?

         Setelah aku sampai, aku menunggu. Tidak ada yang spesial. Semua terlihat biasa saja. Jadi… Dimana? Dimana hadiah itu? Dimana? Sudah terlalu lama aku menunggu, sudah jam 12 malam, apa Nico bohong? Aku menangis lagi.. tiba-tiba aku teringat kalimat terakhir surat itu, “Oh iya.. kata Nico semua indah pada waktunya.. Ya, indah pada waktunya. Ntah kapan waktu itu aku tidak tau!” kataku sambil mengusap air mataku.
         “Ya Angel, semua indah pada waktunya. Selamat ulang tahun ya…”
          Aku berbalik. “Nico?” kataku pelan.
        Ia mengangguk sambil tersenyum, “iya ini aku, katanya kamu nggak cengeng lagi, tapi kenapa kamu nangis?”
          “Maaf… oh iya, selamat ulang tahun, Nic!” aku kembali mengusap air mataku.
         Nico memelukku untuk kedua kalinya, yang pertama 2 tahun yang lalu, saat aku menangis di tempat yang sama hanya karena bulan dan bintang enggan keluar dari tempat persembunyiannya.
           “Bagaimana kamu bisa ada di sini? Katanya kamu nggak bisa pulang” tanyaku penasaran.
          “Aku yang suruh kamu ke sini kan? Masa aku lupa sih.. Lagipula, aku di sini untuk kamu, untuk ulang tahun kita.. maaf ya aku membiarkan kamu di sini menunggu terlalu lama, hingga akhirnya kamu menangis. Aku sengaja berbohong, ini surprise buat kamu. Maaf ya.. tapi aku juga ada di sini untuk itu.. hey dia sudah datang, lihat ke langit, Angel.”
           Aku dan Nico melepas pelukan itu, digenggamnya erat tanganku sambil melihat ke langit.
 
          “Wah… bintang jatuh. Indah sekali. Lihatlah ia bergerak ntah kemana. Sangat indah. Ini pertama kalinya aku melihat bintang jatuh. Bagaimana mungkin kamu tau ia akan datang hari ini?” aku menatap Nico.
           “Karena aku cinta kamu, aku harus selalu tau tentang hal seperti ini!” ia tersenyum. “Selamat ulang tahun, Bintangku” katanya sekali lagi sambil memelukku dengan erat.
             “Iya.. selamat ulang tahun, Nico”
-TAMAT-

Sumber gambar :
http://sandynata.files.wordpress.com/2012/06/starry_night.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgogyKEFUcMabwK78vDhDHUhnqiDjocqNznBqk8sNOeHcc43hJf3qu_yLFWOv-nzN4yglgMJgdBIyeED8oiARfifOs-Oa66qD-e5M6J3ZgurrlY3J-hzzFmTn6eF6jrJiCgBc4BrRh0pMUb/s1600/bintang+jatuh.jpg

12 komentar teman-teman :):

  1. hihihi manis banget ceritanya, terus menulis ya! :D

    BalasHapus
  2. haaay, cerpennya keren.. aku juga suka buat cerpen, kalau berminat mampir yaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haiii, makasih ya kak :) wah kita samaan, oke aku pasti mampir kak:)

      Hapus
  3. Masih kurang teliti tuh kak, ada dialog yang gak isi tanda petik. Atau kalimat itu omongan dlm hati ya? Wah saya gak tau.

    Terus menulis yaaa..

    BalasHapus
  4. ini cerita lebay
    :p :D
    dik aril

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi abang baca sampe selesai? Okesip,makasih banggg :p

      Hapus

Halo!
Terimakasih sudah mau membaca blog saya. Semoga Anda suka :) Oh iya kalau mau kasih komentar, kasih komentar yang baik dan membangun ya. Supaya komennya enak dibaca :) Hahaha makasih

 

Anggi Doloksaribu Template by Ipietoon Cute Blog Design